Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Selasa, 31 Desember 2013

Baltyra - Tanda Damai dan Persaudaraam

Selasa, 31 Desember 2013
0 komentar
Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2013. Begitu banyak prestasi diraih oleh para kontributor yang membuat siapapun yang berada di rumah ini ikut bangga. Juga beraneka peristiwa dan pengalaman tersaji setiap harinya, begitu renyah dan kemriuk untuk dinikmati. Para penghuni yang berasal dari berbagai latar belakang serasa saling memiliki ketika berbagi di rumah tak berdinding ini. Para kontributor tak segan membagikan ilmu serta pengalaman dan apa pun yang mereka miliki untuk sekedar menjalin kebersamaan dan persaudaraan bahkan kekeluargaan. Hal ini mengingatkan saya pada homili seorang pastor di misa Malam Natal yang baru lalu. Dalam khotbahnya Pastor mengatakan bahwa Natal harus menjadi tanda damai, persaudaraan dan sarana pewartaan kebaikan Tuhan pada umat manusia. Ketika mendengar itu angan saya langsung melayang pada saudara-saudara di Baltyra. Ya! Baltyra adalah tanda damai serta persaudaraan itu. Ini terbukti dari dinamika Group Baltyra, baik yang negatif dan lebih banyak yang positif. Tentu hal tersebut sesuai dengan ciri Baltyra yang: Kosmopolitisme di mana berbagai identitas dan sentimen sebagai warga negara dunia berbaur, tanpa berbenturan satu dengan lainnya. Berwawasan Nusantara, yang artinya bahwa warga Baltyra lahir dari beragam ide dan latar belakang dari berbagai penjuru dunia. Namun, justru banyaknya elemen yang berbeda tersebut menjadi kekuatan untuk memajukan dunia. Tak salah kiranya, jika saya mengatakan Baltyra memang bukan rumah kedua saya, tetapi Baltyra adalah rumah persinggahan saya. Saya bebas singgah, saya bebas beristirahat, melepas penat, sekedar bercanda, tertawa, bahkan meneteskan airmata haru membaca pengalaman-pengalaman hidup yang tersaji di rumah singgah ini. Terimakasih Baltyra, telah memperkaya hidup saya. Akhirnya, selamat Tahun Baru. Semoga di tahun yang baru kita semua semakin menjadi manusia-manusia tangguh yang tak mudah patah, tak mudah tercerai berai. Semoga anda semua selalu sehat, sejahtera dan bahagia, dikarunia rahmat untuk menghadapi setiap tantangan dengan senyum ceria….. Semarang – penghujung tahun 2013 Read more: http://baltyra.com/2013/12/31/baltyra-tanda-damai-dan-persaudaraan-selamat-tahun-baru-2014/#ixzz2p2Uzd800

read more

Perjuangan Anak Bangsa Mengenyam Pendidikan

0 komentar
Kali ini saya ingin berbagi kisah tentang calon penerima Beasiswa Anak-anak Terang. Di artikel sebelumnya saya sudah bercerita tentang apa itu Beasiswa (bagi) Anak-Anak Terang. Banyak kisah-kisah pilu yang mungkin kita tidak tahu. Perjuangan seorang anak untuk memperbaiki masa depan keluarganya menjadi cermin bagi kita, betapa kita seringkali kurang bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Untuk itu melalui cuplikan kisah ini saya mengajak anda untuk berbagi. Kita wujudkan pernyataan Frans Seda: “Tidak boleh terjadi seseorang tidak melanjutkan pendidikan karena ia miskin” Dan akhirnya, mari kita wujudkan Indonesia yang makin cerdas. Selamat membaca! Jangan lupa siapkan tissue…..dan juga kunjungi : http://www.anakanakterang.web.id *** Seorang remaja lelaki, masuk kelas tempat aku mewanwancarai para calon penerima beasiswa. Wajahnya terlihat pucat pasi, kuyu dan lemas. Kulihat peluh bercucuran di wajahnya. Kusapa dia dan kupersilahkan duduk. Ia tertunduk. “Selamat pagi Mas, namamu Boy ya (nama disamarkan) ?” Boy mendongakkan wajahnya dan tersenyum “Selamat pagi Bu. Iya itu nama saya.” Jawabnya lirih. Kulihat wajahnya yang memutih. “Kamu kenapa Boy? Sakit?” Boy terdiam sambil mengerjap-ngerjapkan matanya, kemudian dia tertunduk lagi. Aku mulai curiga dengan keadaannya, kemudian kupegang tangannya. Dingin sekali! Keringat mulai membasahi pelipisnya. Membuatnya terlihat makin tak berdaya menahan sesuatu. “Sudah biasa bu. Setiap pagi juga begini.” “Lho kok setiap pagi ? Memangnya kamu sakit” “Tidak bu.” Aku makin penasaran dibuatnya. Kubuka biodata Boy. Membacanya dengan cermat sambil sesekali kuamati wajahnya.Tiba-tiba …. BRUKKKKKKKKKKKKKK! !! Boy pingsan. *** Saat Boy pingsan aku mencari informasi tentang dia kepada gurunya. Dan ternyata, Boy adalah anak ke 3 dari 6 bersaudara yang tinggal di sebuah desa di Karangjati – Ungaran, Kabupaten Semarang. Ia bersekolah di Sekolah Menengah Kimia Industri. Boy berjalan kaki dari rumah menuju jalan raya kira-kira 3 km. Setelah itu, ia mencari tumpangan truk yang menuju ke arah Semarang. Hanya itulah satu-satunya alternatif yang dipilihnya agar dia tidak terlambat, juga agar dia tidak seperti kedua kakaknya yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Hingga kemiskinan terus saja membelenggu mereka. Kira-kira satu jam kemudian remaja lelaki itu kembali masuk ke ruangan, duduk di hadapanku dan berkata, “Maaf bu, tadi tiba-tiba kepala saya terasa berputar.” “Kamu sudah sarapan?” Boy menggelengkan kepalanya lemah. “Terus, biasanya kamu sarapan dan makan siang di sekolah?” selidikku. Dia terdiam, cukup lama. Kemudian berkata, “Maaf Ibu, saya malu. Saya tidak pernah sarapan dan makan siang. Saya berangkat dari rumah jam 5 pagi. Jam segitu mamak belum menyiapkan sarapan. Dan kami belum pernah menikmati sarapan sejak kami kecil. Orang tua saya tidak mampu untuk memberi uang saku pada saya. Paling banyak Rp 1.000,- untuk naik bus, .kalau tidak ada truk yang bisa saya tumpangi. Kalau naik truk saya bisa gratis menuju rumah.” Sebentar Boy terdiam. Lalu ia melanjutkan ceritanya. “Jangankan memberi uang saku, Bu, untuk sekolah pun mamak sudah melarang saya, karena mamak tidak punya uang untuk membayar SPP.” Aku tertegun mendengar penjelasannya. Dari bio data yang kubaca, Boy, sudah menunggak uang sekolah dari mulai dia masuk hingga saat aku wawancarai. Lalu Boy melanjutkan ceritanya dengan suara yang lemah menahan lapar. “Saya akan nekad ikut sekolah meskipun saya harus main petak umpet bila melihat ada yang mau nagih SPP. Saya ingin hidup mapan meski saya dari keluarga yang morat-marit, Bu.” Sebentar, aku pura-pura izin ke kamar kecil. Aku menangis sesenggukan. Melepas sesak di dada. Betapa teguhnya nyali anak ini memperbaiki nasibnya. Ia tak ingin bodoh! Wawancara usai. Aku dan beberapa guru mengantar Boy ke rumahnya. Rupanya rumahnya memang sangat jauh dari sekolah. Aku makin kagum dengan semangat Boy. Ahhhh….Tak terasa airmata ini kembali menetes. Dalam hati aku bersyukur boleh meluluskan permohonan Boy menerima beasiswa Anak-Anak Terang. Dan Aku pun bergumam: Ya, nak. Wujudkan impianmu! Perbaiki nasibmu, perbaiki masa depanmu, kamu berhak untuk itu! Seperti diceritakan oleh Elisabeth Lies Endjang Soerjawati – Bendahara Yayasan AAT Indonesia Read more: http://baltyra.com/2013/12/25/perjuangan-anak-bangsa-mengenyam-pendidikan/#ixzz2p2STs9WP

read more

Sacred Anger

0 komentar
Sejujurnya saya baru tahu istilah ini saat saya posting di FB Baltyra, sebuah surat terbuka Laire Siwi Mentari, putri Sitok Srengenge tentang dukungannnya pada sang ayah yang tengah dihujat karena pelecehan seksual terhadap beberapa wanita, salah satunya dikabarkan hamil dan tengah mengalami depresi berat. Surat tersebut bisa di baca di http://lairesiwi.wordpress.com/2013/11/30/surat-terbuka/ Saya tak mau turut campur permasalahan keluarga Sitok Srengenge. Tapi saya kagum pada Laire yang memiliki pengendalian emosi juga keluasan hati yang luar biasa. Sungguh tak mudah mendampingi orang yang sudah dihujat public, terlebih penghujatan itu adalah pengkhianatan orang yang kita cintai terhadap diri kita. Lalu, seorang teman menanggapi postingan saya dan mempertanyakan dimana keluarbiasaannya. Ia membandingkan dengan counter surat terbuka untuk Laire, seperti yang bisa anda baca disini : http://www.gurudanpenulis.com/8surat-terbuka-untuk-laire-siwi-laire-sayang-kamu-tahu-lsquosacred-angerrsquo-nggarsquo.html Counter surat ini lebih mencenggangkan saya. Ungkapan dan gaya tuturnya begitu jujur dan manusiawi. Dalam surat itu Meicky, sang penulis menyebut tentang “SACRED ANGER”, suatu kemarahan yang muncul karena adanya ketidak beresan. Istilah itu menggelitik saya untuk mencari tahu makna yang sebenarnya dari sacred anger. Cukup sulit menemukan, dan akhirnya saya dapatkan definisinya dari Ariel Ky, seorang guru bahasa Inggris yang mendefinisikan Sacred Anger sbb: “Sacred anger wells from the deepest places in our souls that cry out against that’s really wrong in our world : discrimination,separation, division, judgment, oppression, exploitation.” Dalam surat terbuka Meicky untuk Laire, ia meminta Laire menujukkan bahwa ia terluka atas tingkah laku ayahnya, tetapi juga akan tetap mendampingi bukan menutup-nutupi atau membela kesalahan sang ayah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ariel Ky: “Still, there is a place when our anger is sacred, it is so right and it is so necessary for our very survival to express that anger, that rage, that outrage against very real injustice and living conditions and relationships that aren’t right, that don’t support or sustain us.” Surat Meicky saya baca berkali-kali. Saya tercenung. Sebagai orang Jawa saya diajari tidak mengumbar amarah secara blak-blakan, terlebih pada orang tua. Tidak sopan! Tetapi surat Meicky membuka mata saya bahwa marah itu perlu, tapi respek itu tetap mutlak. Menyimpan kemarahan, menutupinya seolah semua baik-baik saja tidak menyelesaikan masalah. Terlebih tidak memberikan efek jera pada pelakunya. Meicky benar. Yesus saja marah karena Bait Allah dipakai untuk berjualan. Nabi Muhammad marah kepada Ibn Al-Lutbiyyah seorang pemungut pajak yang merima suap. Dan yang sekarang sedang menjadi primadona : Jokowi-Ahok marah melihat keridak beresan di jajaran pemerintahannya. Marah yang proporsional itu sehat, menurut Ariel Ky. “Sacred anger is a healthy expression of our deepest discontent. Sacred anger moves mountains, it moves women out of marriages that have become untenable, it moves people out on the streets to overthrow dictators.“ Ah, ternyata marah juga punya daya konstruktif jika diungkapkan dengan cara yang tepat. Hmmmm….I know now anger can be beautiful. Semarang 06 Desember 2013 Mempertanyakan pada diri sendiri keuntungan menyimpan rapat kemarahan-kemarahan di hati Read more: http://baltyra.com/2013/12/10/sacred-anger/#ixzz2p2QluGZR

read more

Kamis, 24 Oktober 2013

(Beasiswa bagi) Anak-anak Terang

Kamis, 24 Oktober 2013
0 komentar

read more

Jumat, 18 Oktober 2013

Jumat, 18 Oktober 2013
0 komentar
Tanggal 31 Agustus 2013 lalu, (saat berkesempatan ke Malang menghadiri pernikahan seorang sepupu) salah satu tanteku yang hobi sekali makan mengajak makan siang di resto ini. Sempat muter-muter karena ternyata sepupuku, sang penunjuk jalan tidak begitu tahu letak pasti tempat ini. Mengesankan! Itulah kesan pertama memasuki Inggil Museum Resto, Malang yang terletak di Jl. Gajahmada No. 4, di daerah Tugu Malang sekitar Balai Kota. Di depan resto terpampang tulisan ini, dan ulasan mengapa resto ini disebut Resto Museum. Dwi Cahyono, sang pemilik dan penggagas Resto Museum ini, punya ide cemerlang untuk memasyarakatkan museum. Menurutnya, belajar sejarah bisa dilasanakan dimana saja. Berawal dari keprihatinannya terhadap bukti sejarah yang tidak terawat dan dipamerkan pada generasi penerus, maka ia mendirikan Yayasan Inggil, sebuah lembaga penelitian pribadi. Selanjutnya dengan lahan yang ada dan berbekal penelitiannya ia mengembangkan menjadi sebuah resto museum yang diberi nama INGGIL Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa 95% masyarakat kita, enggan datang ke museum. Digratiskan pun kalau bukan karena tugas, mereka pasti menolak. Ia akhirnya meramu konsep bangunan yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu pengunjung akan sejarah dipadu dengan suasana santai sambil menikmati makanan khas Nusantara. Dan Inggil Resto Museum inilah hasilnya. Benar-benar ide luar biasa! Yuk masuk menikmati museum restonya… Memasuki resto ini terlihat panggung yang kabarnya dipakai untuk pertunjukkan live kesenian yang ada, baik ketoprak, musik keroncong dlsb. Sayang sekali saat itu saya tidak beruntung menikmati sajian tsb. Selanjutnya mata saya langung tertarik dengan ini…
Nah siapa bisa menemukan topeng yang paling asli di jajaran topeng-topeng ini? Hahahaha….
Sekretaris palsu… mengetik dengan 11 jari… numpang mejeng doang…
Patung di sudut ruangan, yang berdiri itu juga patung hahahaha… Tempelan di tembok-tembok yang menampilkan cerita perjuangan di kota Malang…
Koleksi barang-barang antik… (JC ini termasuk hasil Zero Waste alias nyusuh menurutmu, yang sangat bermanfaat.. Iya kan ????)
Nih koleksi perangkonya ya pak Han… bukan sekedar Hoax…. heehehehe…
Oh ya masakan favorit di sini adalah Pecel Terong, Rawon Buntut, seafood bakar dengan sambal tradisional dan minuman-minuman tradisional pula. Harganya pun cukup lah buat kantong para pelancong… Pecel Terong yang Yummy Akhirnya, setelah dimanjakan dengan suasana yang asik – artistic, musti mampir di sini dulu kalau nggak mau dibilang tukang ngemplang. Iya kan, kang Anung??? Semarang, 9 September 2013 Perjalanan napak tilas sejarah leluhurku. Dari Surabaya, Malang, Nganjuk dan Madiun

read more

Hantu Baru Itu Bernama Kecelakaan

0 komentar
Akhir-akhir ini berita kecelakaan menguasai media, terpampang sebagai headline. Saya yang mempunyai trauma masa lalu tentang kecelakaan, selalu dibuat berdebar-debar dan pusing kepala membaca ataupun mendengar berita itu. Kejadian demi kejadian,dari kecerobohan sendiri sampai kecerobohan orang lain membuat saya menggigil cemas. Ketika kecerobohan itu datang dari diri sendiri, kita akan berkata: “Ini sebuah pelajaran, agar kita lebih berhati-hati.” Sebaliknya jika kecerobohan itu datangnya dari orang lain, kita akan mendapatkan hiburan: “Ini cobaan, pasti ada hikmahnya, Tuhan tidak akan mencobai umatNya di luar batas kemampuannya.” Tetapi permasalahan tidak berhenti sampai di situ. Di luar segala bentuk kecerobohan tersebut di atas, ada beberapa hal yang bisa diperbaiki. Pernah saya lihat talkshow Oprah Winfrey, seorang korban kecelakaan menuntut pemerintah karena konstruksi jalan yang tidak memadai, mengakibatkan seringnya terjadi kecelakaan. Langkah ini patutlah kita tiru walau belum membuahkan hasil. Setidaknya ada counter dari masyarakat terhadap pemerintah. Hal lain yang patut diperjuangkan adalah mendesak pemerintah membuat kebijakan yang tepat dalam penyediaan sarana dan prasarana jalan dan alat transportasi yang seimbang. Saat ini kita bisa mengamati, kendaraan-kendaraan baru tumpah ruah di jalan, sementara jalan tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang ada. Lebih dari itu, kendaraan tua yang tidak laik operasi berkeliaran mengancam keselamatan dan kesehatan pengguna jalan. Dari asap CO2 yang dihasilkan knalpotnya, sampai suara bising yang mengoyak telinga, belum lagi besi tua yang tak terawat yang dapat menyebabkan tetanus orang yang tergores. Ditambah lagi system uji kemampuan mengemudi yang dijalankan setengah hati dan mungkin terkesan asal, maksudnya asal jadi duit tanpa menelisik benarkah pemegang SIM layak mengemudi. Seharusnya, pihak kepolisian bekerjasama dengan dinas kesehatan mewajibkan para pencari SIM mengikuti kursus mengemudi. Sehingga para pemegangnya sungguh layak mengemudi. Yang terjadi saat ini kursus mengemudi, dan segala pengetahuan tentang berkendara dan persyaratannya tidak disosialisasikan dengan baik. Bak seorang anak yang belajar berjalan, tetapi tidak diberi teori dan pengertiannya, langsung disuruh berjalan. Sekedar pengalaman pribadi waktu mencari SIM, saya hanya mengandalkan pengetahuan di sekolah. Tak heran kalau uji kelayakan mengemudi dijalankan sesuai aturan sedikit yang bisa lulus. Untuk itulah banyak yang jalan belakang. Yang penting semuanya mulus dan dapat SIM dengan mudah. Demikian juga pengalaman saat perpanjangan, tes kesehatan terkesan hanya formalitas saja. Bertatap mata, penyerahan mahar untuk mendapatkan selembar kertas keterangan sehat dan keluar ruangan, tanpa observasi yang serius. Atau mungkin ada dukun ampuh yangmampu mengusir species HANTU baru ini dengan dupanya? Entahlah….Andai……???????? 19.09.2013 Digencar terus menerus berita tentang kecelakaan Membangkitkan traumaku…..TAKUTTTTTTTT

read more

Komposisi Lama di Lagu Baru

0 komentar
Senja baru saja merekah merah, sebentar lagi akan berubah warna menjadi gelap. Aku termangu di meja makan, usai merangkai peluh menjadi bulir-bulir nasi Di sudut meja, aku membuang pandang, sambil merenda airmata. Mengeja peristiwa menjadi sebuah makna bahagia “Apa yg salah?”, tanyaku gelisah. Kembali aku termangu, kuurai helai demi helai desah dan keluhku. Memisahkan nadanya satu persatu. Kemudian, mengamati, merangkainya kembali menjadi harmoni nada yg baru. Ahhh,sebentar aku terhenyak. “Ini bukan laguku," teriakku! Kekecewaan kembali melumatku. Menghancurkan semua urat bahagia di otakku. "Duhhhhhh, dimana aku yg dulu?" keluhku penuh gerutu. Kuambil kembali nada desah dan keluh itu. Kucoba lagi merangkainya menjadi barisan not dengan komposisi baru. Hufffffft,tetap saja aku tak mampu. Dan lagi-lagi kuteriakkan, "itu bukan laguku!" Sejenak dingin menghampiri. Sekelebat angin berhembus membelaiku. Dielusnya rambut, kemudian diusapnya pipiku. Kupejamkan mata. Menikmati buaian kedamaian itu. Dalamkeheningan, ia mulai membisikkan sebuah pesan, "Aya,kau tak perlu mencipta lagu baru dari nada-nada itu. Cukup dendangkanlah denganrasa syukurmu, sambil hitunglah berkat yang telah kau terima sepanjang hari. Janganlah kesedihan datang karena kauciptakan sendiri.” Aku kembali termangu. Sesekali mengharap semilir itu menghampiriku. Kuhela nafasku dalam-dalam, dan kupungut kembali nada desah dan keluh itu. Kuputar begitu saja, tanpa ku ubah komposisinya... Kali ini aku tak memberontak. Hmmm….Ini memang bukan laguku. Tapi nikmati saja.... Semarang,17 Oktober 2013 Apatis akut…..

read more

Rabu, 11 September 2013

Mandi Pakai Shower

Rabu, 11 September 2013
0 komentar

Iyem keluar dari kamar mandi sambil termangu-mangu. Sebagai bagian dari generasi yang melek teknologi, ia tak mau ketinggalan mencari-cari info alias browsing internet untuk mengetahui cara menyelamatkan bumi yang makin panas ini. Iyem bertekad ambil bagian untuk menyelamatkan dunia.
Iyem menyadari, walau dirinya termasuk salah satu dari Generasi Me Me Me yang alay geboy, (istilah yang baru saja didengarnya dari Pak Hand dan Aji saat berdiskusi tentang anak muda jaman sekarang) tetapi ia tak mau, bumi ini makin panas dan rusak.  Iyem terusik membaca barisan huruf di internet yang menuliskan bahwa kutub utara sudah meleleh. Ia juga galau mengetahui bahwa salah satu daerah di tanah kelahirannya di Semarang, yaitu  Sayung, Demak sudah mirip pulau baru, saat hujan. Bahkan untuk menengok di suatu makam di daerah tersebut, orang harus naik perahu agar bisa sampai ke sana.
shower
Pikirannya berkelana liar saat mandi.
“Wadhuh, berarti kalau saya mandi pake ciduk (=gayung) termasuk pemborosan air ya?”, begitu gumamnya.
“Wah berarti saya termasuk melakukan black innocent (mengutip istilah di suatu koran untukmenyebut dosa bersama yang tidak disadari),” demikian hati kecil Iyem berperang”
“Hmmm, aku harus bilang sama Pak Hand dan Mas Aji, supaya mengganti bak mandi ini dengan shower saja. Sekalian benerin kloset yang sudah bulek itu,” lanjut Iyem bicara pada dirinya sendiri.
Bruuuukkkkk, tak disadarinya, Aji telah berdiri di depannya.
“Ngopo to kowe Yem?’, tanya Aji yang hampir terpental tertahrak Iyem.
“Eh Mas Aji. He he he…Ndak owk Mas.” Seringai Iyem.
“Mas..Mas.. isa ndak kita bicara serius sebentar?” tanya Iyem serius.
Aji menahan tawa melihat raut wajah Iyem yang serius dan culun itu.
“Opo sih Yem,serius amat. Koyok mikir Negara wae,” sahut Aji.
“Lho, Mas Aji! Ini bukan cuma negara yang dipikir tapi dunia mas, keselamatan generasi penerus lho, mas!” tukas Iyem serius.
Aji tergelak, tak sanggup menahan tawanya.
“Nggaya men to Yem.. Yem…, kamu itu ngomong apa” kata Aji.
Iyem cemberut.
“Ah, Mas Aji tuh ya, diajak ngomong serius malah ngetawain saya,” gerutu Iyem.
Pak Hand yang melintas di dekat Aji dan Iyem, berhenti sejenak. Lalu nimbrung pembicaraan mereka.
“Ada apa to, Yem? Pagi-pagi kok serius men.”
“Ini lho pak, saya minta waktu bicara serius ama Mas Aji, malah diketawain.”
“Ya udah, sini duduk. Ayo kita ngobrol serius,” ajak Pak Hand sabar.
Akhirnya mereka duduk di ruang tengah. Pak Hand menyuruh Iyem bicara.
“Wis, sekarang ngomong serius. Apa masalahnya.”
“ Gini lho, pak. Saya minta pak Hand kalau mau betulin kamar mandi saya, jangan setengah-setengah. Nanti kloset saya yang bulek itu dibelikan seperti yang punya mas Payer ya. Sekalian baknya diganti aja pakai shower. Ini penting pak! Selain penghematan, saya sudah ambil bagian untuk menyelamatkan lingkungan. Saya ndak mau desa saya tenggelam gara-gara bumi yang makin panas,” Iyem memberondong pak Hand dengan penjelasannya yang berapi-api.
Pak Hand melongo mendengar penjelasan Iyem. Dirinya sedang berusaha menghubungkan antara perbaikan kamar mandi pembantunya itu, dengan keinginan Iyem yang mau ambil bagian menyelamatkan lingkungan, sekaligus tentang daerah Sayung yang tenggelam.
Ia berusaha mencerna pernyataan-pernyataan Iyem yang liar dan melompat-lompat persis Kuda yang pernah singgah di dapur salah seorang sahabatnya di Kona.
“ Yem,Yem, memangnya siapa juga yang mau renovasi kamar mandimu?”, tanya pak Hand pelan, tidak ingin menyakiti Iyem yang bicara penuh semangat.
“ Lho, lha kemarin itu, Mas Aji kan nawarin saya, disuruh milih kloset,” jawab    Iyem cepat.
Mendengar jawaban Iyem, Aji ngakak. Tawanya mengagetkan Iyem yang shock mendengar pertanyaan Pak Hand.
“Lah to Yem, aku kan cuma suruh milih aja. Siapa bilang mau betulin kamar mandimu. Itu namanya pemborosan. Mending kamu bersihkan yang bener klosetmu. Jadi biar cling gak bulek kayak sandal jepitnya kang Payeritu. Bersihinnya jangan pake cairan yang gak ramah lingkungan. Itu juga merusak alam,” lanjut Aji.
Iyem makin mbesengut alias cemberut. Matanya berkaca-kaca. Impiannya mandi pakai shower dan menyelamatkan bumi berantakan sudah…
Pak Hand iba melihat raut wajah Iyem yang merah merona menahan tangis.
“ Ya wis, jangan nangis. Doa aja, siapa tahu saya dapat rejeki bisa perbaiki kamar mandimu. Tapi, menurut saya kamar mandimu masih bagus kok, Yem. Beli shower aja ya! Jadi, mimpimu untuk ambil bagian dalam pelestarian lingkungan bisa terwujud.”
Iyem lega mendengar pernyataan pak Hand. Ia tersenyum menyeringai sambil menjulurkan lidahnya, meledek Aji.
Aji kembali terkekeh.
“Wooo, malah ngece. Tak baling dingklik blaiske….,” goda Aji.
Percakapan serius pagi itu berakhir. Iyem menyimpan mimpinya mandi pakai shower dan keinginannya untuk menyelamatkan lingkungan. Ia yakin suatu saat mimpi itu pasti akan terwujud. Tinggal tunggu waktu.
“Kalau bukan diriku sendiri yang mulai dengan tindakan kecil, siapa lagi yang mau menyelamatkan bumi ini,” gumam Iyem.
Bergegas Iyem kembali ke kamarnya. Sambil berkaca, ia berkata :
“Ini aksiku, mana aksimu !”


Semarang, 31 Juli 2013
Berharap – harap cemas THR hahaha….



read more

Gerakan Zero Waste

0 komentar

Menarik kiranya berbicara tentang sampah. Sesuatu yang seringkali dianggap menjijikkan. Tetapi kalau kita mau sedikit bersusah payah dan mengelolanya dengan baik akan menjadi suatu tambang emas.
Saya sedang terus mengeksplor segala sesuatu yang berhubungan dengan sampah dan pengelolaannya.Terus terang, saya tertarik dengan bisnis sampah. Tapi, tak tahu harus mulai darimana. Dan sungguh menarik ketika saya menemukan blog Bp. Sobirin yang inspiriatif dan luar biasa. Silahkan mampir disini : http://clearwaste.blogspot.com/
Di blognya, Pak Sobirin, yang tinggal di Bandung (dan memulai gerakannya ini karena keprihatinan akan gunungan sampah di Bandung beberapa tahun yang lalu) mengajak kita untuk mendukung Gerakan Zero Waste.
zero-waste
Menurut beliau, dibutuhkan suatu kelembagaan kecil agar gerakan ini dapat berjalan dengan baik. Caranya, satu keluarga harus menunjuk penanggung-jawab untuk memilah jenis-jenis sampah. Untuk itu diperlukan kedisiplinan dan kemauan yang keras.
Menurut jenisnya sampah dibedakan menjadi :
Sampah plastic
Sampah ini dapat di daur ulang untuk dijadikan kerajinan tangan atau dijual kembali untuk mendapatkan biji plastic yang dapat didaur ulang atau dipakai sebagai bahan polyester (kain).

Sampah kertas
Sampah kertas, koran, buku, ini pun dapat dipisah-pisah lagi dan mempunyai nilai ekonomis yang berbeda. Harga koran bekas, buku dan kertas budi berbeda-beda. Jika ada sedikit punya waktu lebih tentu akan menguntungkan jika mau memilahnya sesuai kelompoknya. Jika anda tidak butuh uang, paling tidak dengan mengelompokkan barang-barang ini sungguh sangat membantu pemulung dan dalam skope yang lebih besar anda turut merawat lingkungan.

Sampah dapur dan sampah daun
Sampah dapur ini yang paling menyebalkan karena bau dan jorok. Tetapi ada beberapa penawaran pengolahannya.
a. Metode Takakura
Ini model ‎pembuatan keranjang sampah yang paling sederhana. Tidak berbau dan tidak makan tempat. Dijamin sampah anda tidak akan menumpuk tapi justru diproses menjadi kompos yang sangat berguna

b. Dibuat pupuk cair

c. Dimasukkan dalam lubang biopori
Dengan metode bipori ini, selain kita mendapatkan kompos, juga kita menjaga resapan air tanah yang akan sangat membantu dalam penanggulangan banjir.

d. Dibuat composter

Sampah ex barang elektronik dan barang yang sulit di hancurkan
Sampah ini membutuhkan penanganan khusus yang harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan.
Contoh sampah jenis ini adalah : alat-alat elektonik yang tidak terpakai lagi, batu baterai, botol hairspray dlsb. Sampai sekarang saya belum tahu bagaimana pemerintah mengelola sampah jenis ini, selain menguburkannya.
Pak Sobirin, bukan hanya mengajak kita semua untuk tidak membuang sampah keluar rumah, beliau juga mengajar kita untuk mendaur ulang air yang sudah terpakai, baik dari bak cuci ataupun dari tempat yang lain. http://clearwaste.blogspot.com/2008/11/kolam-taman-air-limbah-cucian-piring.html
Saya juga sedang berusaha menerapkan ini, tapi sungguh merupakan perjuangan berat, karena tantangannya justru orang rumah sendiri yang malas. Belum ada kesadaran untuk menjaga lingkungan. Mereka lebih senang yang praktis dengan membakar sampah-sampah tersebut.
Duh, seringkali saya merasa bersalah pada alam. Tetapi mendidik memang tidak mudah. Harus dilatih terus menerus.
Saya juga harus tak jemu melatih diri saya untuk mau memilah sampah. Sekarang ini, ketika melihat sampah bertebaran di jalan, tangan saya otomatis mengambil dan menempatkannya, ditempat yang tepat.
Bahkan sering muncul perasaan jika melihat botol plastic dibuang di sembarang tempat, hati kecil saya berbisik, ah sayang sekali, mungkin 1 botol plastic bekas itu sangat berarti untuk para pemulung.
Saya kira ini sebuah alarm positif buat saya sendiri, heehehehe… walaupun saya belum bisa berbuat banyak.
Nah, pertanyaan saya :
“Maukah anda ambil bagian gerakan ini?”
Atau mungkin ada yang terpikir akan berbisnis sampah, karena saat ini belum ada bisnis yang mengurus sampah dalam skala besar. MAU?????

* Ucapan terimakasih khusus saya haturkan buat pak Sobirin yang sudah memotivasi saya lewat tulisan dan blognya. Semoga suatu saat bisa mampir ke Bandung dan berguru pada beliau.


read more

Ahok

0 komentar

Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, sosok ini begitu mencuri hati. Keberanian, kelugasan, kecerdikan hingga ketulusannya sungguh membuat saya bergumam, Syukur kepada Tuhan … Masih ada orang seperti dia dikirimkan untuk menyegarkan dan memperbaharui dunia (baca: Jakarta) yang amburadul.
Tak kurang dari sopir bajaj, mahasiswa, KOMNAS HAM, pengusaha, pegawai negri hingga pejabat DPRD ia ajak duel argumentasi. Jawaban-jawaban Ahok sungguh bukan jawaban ngawur. Ia tak gentar dan sangat menguasai suatu permasalahan. Tidak sekedar maido alias mencela. Ia berusaha memberi solusi. Ia pun rela merogoh kocek sendiri demi kepentingan orang banyak. Tak sudi dengan iming-iming duniawi.
ahok1
“Saya digaji untuk melayani.” Itu ungkapan tulusnya. 
Salah satu penyataannya yang membuat saya sangat terkesan: (Intinya saja ya .. hahaha… habis kebanyakan video yang ditonton sih!)
“Kita sebagai warga Jakarta harus merasa sebagai keluarga. Jangan ada yang kelaparan didiemin ada yang kebanjiran dicuekin.” 
Bukan sama rata, tapi harus berkeadilan sosial!
Pernyataan ini sungguh pernyataan yang mak jleb buat saya. Ternyata masih ada pemimpin yang benar-benar peduli pada rakyat miskin dan menderita. Bukan hanya kata-kata, juga bukan pula sekedar rencana, tapi ia mewujudkannya.
Setelah menonton video-video yang diunggah di youtube, saya harus mengakui : Ahok adalah sosok pemimpin yang cerdas.
Seorang host sebuah talk show tersohor (yang katanya pintar dan membuat keder seorang calon presiden) dibuatnya  keok. Saat mewancarai Ahok, ia terkesan ingin tampil lebih pintar atau sok pintar, tapi justru terlihat bagai orang yang tak berkualitas. Pertanyaan-pertanyaannya justru menjadikan host itu bahan tertawaan sinis para komentator.
Lawan politik yang berusaha menjatuhkan lewat isu SARA justru terjerembab, terperangkap dan akhirnya lenyap……
Luar biasa! Saya semakin penasaran, bagaimanakah alam membentuknya?
Jawabnya saya temukan pada rekaman video: The Power of Integrity.
Saya mengambil inti dari video ini. Bahwa integritas serta keyakinan akan sesuatu yang baik, dibarengi kekuatan doa,  akan menjadi mesin panser yang begitu hebat menghadapi musuh yang sulit terkalahkan : kerakusan, kebodohan, kemiskinan dan kemalasan yang telah mengakar dan beranak-pinak. Bukan cuma pejabat dan pengusaha yang rakus, tapi juga masyarakat yang miskin ditambah malas dan bodoh.
Sungguh serasi sekali Ahok berpasangan dengan Jokowi, Gubernur DKI yang kalem. Seperti kekuatan Yin dan Yang. Saling melengkapi.
Semoga Jakarta Baru dilanjutkan Indonesia Baru segera terwujud.
(Berharap bisa bertemu dan belajar banyak dari AHOK)

Semarang 25 Juli 2013
(Membayangkan suamiku yang mirip Ahok dilihat dari Monas – dan yang lihat seorang buta yang pakai kacamata plus… hahahaha)


read more

Pipis Ndodhok

0 komentar

Iyem, si pembantu pak Han yang koplak itu ternyata tidak bisa pipis di kloset duduk. Ia lebih suka pipis ndhodog alias jongkok. Alasannya lebih hieginis, begitu kilahnya.
wc-jongkok
(Ini kloset duduknya Iyem)                      

wc-jongkok2
(bandingkan dengan klosetnya kang Payer)
Saat kamar mandinya mau direnovasi, Aji berkata padanya :
“Yem, itu klosetmu diganti kloset duduk aja ya. Nih gambarnya kamu pilih yang mana?”
wc-duduk1
wc-duduk2
“Wah mas Aji, jangan ah. Nanti saya tidak bisa lancar buang airnya. Lagipula pipis pakai  kloset duduk itu tidak hieginis, mas.  Bayangkan saja, kalau yang pipis itu mbleber kemana-mana terus gak diguyur…. Wah segala penyakit bisa lari ke saya mas.”
“Walah, alasan saja kamu itu.”
“Lho, mas Aji ini, mesti ndak pernah nanya sama mbah google. Saya ini, biar orang ndeso tapi saya up-to-date mas….selalu browsing internet.”
“Halah, Yem yem, cuma pipis aja kok ya pake acara nanya mbah google to.”
“Lho, piye to mas Aji ki! Di sekolahin Pak Han duwur kok hal kecil begitu ndak tau.

Pak Han yang mendengar perdebatan antara Aji dan Iyem tersenyum sendiri. Ternyata pembantunya yang koplak binti sudrun itu tidak cuma pinter nulis Diary dan mengarang cerita. Hmmm boleh juga si Iyem ini, pikirnya.
“Mas Aji, menurut yang saya baca, pipis jongkok itu punya banyak manfaat. Antara lain: Proses BAB lebih cepat.
“Kok isa, Yem?” Tanya Aji buru-buru.
“Ya isa to mas. Kalo ndodhok kan ngedhen lebih lancar. Bandingkan aja ngedhen dengan cara duduk dan ngendhen dengan posisi jongkok, di jamin cruottttt yang jongkok.
(Posisi begini lebih asik apalagi disambi ngelamun)
“Sik sik, tak mbayangke sik ya Yem,” ujar Aji.
“Halah, gak usah di bayangke mas, praktek aja langsung di kloset saya sana.”
“Wegah ah Yem, ntar aku gringgingen (=semutan),” timpal Aji.
“Woooo, ya wis dibilangi Iyem ndak percaya.”

Pak Han yang nguping pembicaraan Iyem dan Aji, tergelitik angkat bicara.
“Apalagi, Yem, manfaat lainnya?”
“Lho, pak Han ndengerin juga to?” Tanya Iyem tersipu malu.
“Hmmm,” Ujar pak Han jaim.
“Ya masih banyak pak, bisa mengurangi sembelit dan kembung, juga gejala wasir.” Sahut Iyem melengkapi penjelasannya.
“Ah, mosok sih Yem?
“Ya coba dilihat lah pak di internet tuh.”
“Ohhhh .., jadi kamu suka ngenet to?” selidik Pak Han.
“Ah uh emmmm…..” Iyem plegak pleguk menjawab pertanyaan pak Han yang tak terduga.

Aji kasihan melihat Iyem yang plegak-pleguk, Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Lha terus piye jadine, Yem. Mau gak klosetmu diganti yang duduk?”
“Wegah ah, Mas. Kalau mau ngganti klosetnya tetep kloset duduk, tapi yang kayak punya mas Payer itu ya, mas…”
“Ckckckck…. Jian nglunjak tenan kamu itu, Yem”
“Ndak Mas, ndak nglunjak kok. Cuma mlumpat nyendhal-nyendhal kayak jaran kepang e mas Payer yang ucul di dhugderan deket Rumah e Nyai Mberok.”

Sumber : Dailyhealthpost, Jumat (12/4/2013):


Semarang, 11 Juli 2013
Saat susah ngobrol ama Suamiku…
(Hahahaha… malah kloset yang kepikir hahahaha aneh tenan)



read more
 

Komentar Anda