Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Rabu, 26 Oktober 2011

Dongeng Sebelum Tidur - Perjalanan Mencari Uk Bo

Rabu, 26 Oktober 2011
0 komentar
Sementara Ki Joko sedang berkelana mencari Uk Bo, sebagai syarat mengakurkan serta memisahkan si Kembar Dampit, di rumah Ki Joko, Dimas Buto dan Cik Lani selalu saja terlibat pertempuran sengit. Dimas Buto yang tinggi kekar luar biasa, tak pernah mau mengalah pada Cik Lani yang bersuara melengking memekakkan telinga. Ada saja masalah yang membuat mereka bertengkar. Bukan Cuma adu kata, adu mulut, bahkan adu fisik, tapi juga adu panci dan dingklik.

Om Han tetangga mereka, sampai geleng-geleng sakaw sambil mengelus dada. Bertahun – tahun ia mengeluh dalam hati, terganggu suara bising si Kembar Dampit itu. Tiada hari tanpa keributan di rumah Ki Joko. Hal ini membuat Om Han tergerak hatinya untuk membantu sahabatnya itu. Maka Om Han pun bertekad membantu Ki Joko mencari Uk Bo.

Om Han pernah mendengar nama seorang tabib mashur. Kalau tidak salah namanya adalah Mpek Dul Rambute Modal-Madul Dandanane Model Jadul. Walau bukan dukun cabul, tapi Mpek Dul tak pernah lupa memanjakan matanya, untuk sekedar curi-curi pandang atau melirik wanita cantik macam bom sex Tumpuk Artati yang top dan tercemar di jagad Baltyra. Kelihaian Mpek Dul meramu obat seperti ramuan sate kalajengking dan cem-ceman orok kuda binal atau tikus sawah sudah mendunia. Tempat tinggal Mpek Dul ini di Pulau Manis dan Lutuna (alias Wallis et Futuna).

Maka dengan semangat 45, Om Han berjalan kaki ceria menuju rumah Mpek Dul.Namun ia tak ingin sendiri saja melewatkan perjalanannya ke rumah Mpek. Maka diajaknyalah kedua sahabat Om Han yaitu Itsmi Sang Atheis Sejati dan juga Kang Iwan Satriya Doyan Lumah-Lumah. Lumayan bisa sambil meneruskan diskusi yang seru dan tak pernah selesai itu pikir Om Han. Kedua sohib si Om ini setuju menemani Om Han. Dan sudah bisa di duga sepanjang jalan mereka beradu argumen. Dari masalah pengeboman gereja sampai makanan/berkat, yang selalu menggelitik Itsmi berpendapat bahwa masalah itu tak ada kaitannya dengan Tuhan, tapi, Kang Iwan dengan berapi – api beropini sebaliknya. Om Han pun hanya bisa senyam-senyum sambil sesekali menengahi dengan bijaksana agar kedua sahabatnya menghormati pendapat masing-masing.

Diskusi yang menghamburkan ludah itu , membuat kerongkongan ketiganya kering. Om Han melihat gelagat kedua sahabatnya yang sudah bermandi peluh dan wajahmereka pun sudah mangar-mangar tersengat matahari. Belum lagi orchestra perut yang sudah menggelar atraksinya. Dari suara kricik-kricik, krucuk-krucuk, ecek-ecek sampai suara babi glegekan sudah diperdengarkan. Akhirnya mereka berhenti disebuah warung. Warung itu milik Dyah Ayu Soka Memberi Tanpa Pernah Mengurangi. Ia berkongsi dengan Akang Reca Suka Makan Rica-rica, membuka usaha WARTAK, alias Warung Batak. Tapi yang dijual bukanlah masakan khas Batak, melainkan makanan gilo-gilo (bukan gila-gila) yang menjual sego kucing dan camilan sejenisnya.

Sayangnya, WARTAK kongsi ini ndak bisa bathi alias merugi, karena kabotan jeneng (=terlalu berat nama yang disandang) pemiliknya. Maka,Kang Reca yang sudah hampir habis kesabarannya karena rugi terus, menganjurkan Dyah Ayu Soka meruwat namanya. Omong punya omong, dan dengar tanya pada para tamunya itu, Kang Reca bermaksud ikut ke rumah mpek Dul. Dia sudah bosan usahanya tekor melulu. Kang Reca menyampaikan maksudnya pada Dyah Ayu Soka yang ternyata juga setuju dengan rencana Kang Reca. WARTAKnya akan ditutup sementara. Mereka berdua akan bergabung dengan rombongan Om Han dan kawan-kawan ke Pulau Manis dan Lutuna. Mereka pun bersiap-siap berangkat.

read more

Ikrar Kaum Narsis

0 komentar
Draft ikrar kaum narsis indonesia

Kami kaum narsis Indonesia
Mengaku terlahir sebagai narsis sejati.

Kami kaum narsis Indonesia
Berbangga pada kenarsisan yang kami miliki

Kami kaum narsis Indonesia
Sepakat mempertahankan kenarsisan hingga akhir menutup mata

28 Oktober 2011
atas nama kaum narsis Indonesia



Kami kaum narsis Indonesia
Setia dan patuh pada UU kenarsisan

Kami kaum narsis Indonesia
Menjunjung tinggi nilai-nilai kenarsisan

Kami kaum narsis Indonesia
Sekali narsis tetap narsis.

uyeeeeee........VIVA NARSIS!!!

read more

Hilangnya Kearifan

0 komentar
Kepergok Mencuri Digebuki Warga dan Ditelanjangi.

Begitulah judul sebuah berita di sebuah Koran yang kubaca pagi itu. Aku termangu usai membaca judul tersebut. Inikah wajah bangsaku yang kian tergerus oleh arus jaman? Kearifan yang dulu sangat dibanggakan, keramahan yang menjadi ciri rakyat Indonesia serta keramahtamahannya sirna sudah. Tayangan televisi import yang mengusung kekerasan sukses dicekokkan kepada generasi penerus kita juga pada masyarakat, terutama pecinta televisi saat ini. Setiap saat, setiap hari kita disuguhi kekerasan dan kesadisan. Pernahkah anda menghitung jumlah berita yang berbau kekerasan di sebuah Koran dalam sehari? Belum lagi tayangan kekerasan di televisi. Lengkap sudah sepertinya setiap hari, kita, keluarga kita, anak – anak kita dijejali oleh kekerasan dan kekerasan. Hal itu seperti suatu indoktrinasi pada alam bawah sadar kita. Tak heranlah perilaku kita lebih sadis dari para penjahat .

Saya jadi bertanya-tanya mana hasil penataran P4 (jaman saya dahulu), pendidikan karakter, serta agama yang selama ini menjadi menu dalam kurikulum pendidikan kita? Sungguh memprihatinkan peradaban mutakhir bangsa ini. Lalu, apa bedanya kita dengan penjahat atau pencuri itu ?

Si pencuri melakukan tindak kejahatannya mungkin dilandasi suatu kebutuhan, bisa juga karena memang tak ada pekerjaan lain atau juga malas. Tetapi bukankah bagi korban pencurian, harta masih bisa dicari dengan usaha sedikit lebih keras. Di pihak lain, bagaimana dengan harga diri yang sudah ditelanjangi dan juga jika ia digebuki akhirnya mati, apakah semua itu bisa kembali???????? Siapakah yang lebih sadis menurut anda?

Sepertinya masyarakat kita sedang sakit. Tapi saya sendiri tak berani menggurui dan bercerita panjang lebar bagaimana cara mengobatinya. Saya tak punya kapasitas untuk itu, pun, saya tidak punya tips-tipsnya. Yang saya punya hanya hati nurani.

Dalam satu kisah kitab suci, ada cerita tentang murid-murid Yesus yang memprotes guru mereka karena lebih berpihak pada seorang pelacur yang dianggap pendosa, yang ingin sekedar menyentuh jubah Yesus. Tapi dengan cerdik Yesus menjawab, barang siapa tidak pernah berbuat dosa ia boleh melempar pelacur itu untuk yang pertama.

Sebagai refleksi : Apakah kita orang pertama yang melempar batu pada pelacur atau penjahat itu.

Tapi bagaimanapun, kejahatan adalah kejahatan, kita serahkan saja pada yang berwenang untuk menanganinya bukan mengadilinya sesuai dengan hukum kita sendiri-sendiri.

Semoga kita menjadi pribadi yang semakin arif…..

Semarang 22 Oktober 2011

read more

Dongeng Sebelum Tidur - Kelahiran Si Kembar Dampit

0 komentar

Dahulu kala, diatas bukit yang hijau, hidup seorang pertapa bernama Ki Jokondo-kondo Senengane Mangku Wanito (Ki jangan bilang – bilang suka memangku wanita), yang sakti mandraguna. Seluruh hidupnya ia baktikan untuk bertapa agar alam semesta ini damai adanya.

Suatu hari, hatinya merasa sepi. Ia berpikir, bahwa ia membutuhkan seorang generasi penerus, yang akan menjadi pewaris kesaktiannya. Maka mulailah ia memohon kepada Sang Penguasa Jagad agar diperbolehkan memiliki seorang anak. Ia memohon secara khusyuk agar kabul khajad e. Tepat 9 bulan bulan 10 hari, ia membuka matanya mendengar suara tangis yang keras dan berisik. Ternyata di depan pondok pertapaannya ada sepasang bayi kembar dampit. Bayi yang satu, seorang bayi laki – laki besar, kekar luar biasa. Sedangkan bayi satunya seorang bayi wanita putih bermata sipit dan mungil. Dalam hatinya, Ki Joko merasa bahwa kelak bayi wanita ini akan cerewet luar biasa, karena tangisnya saja sekarang sudah memekakkan telinga.

Ki Jokondo-kondo Senengane Mangku Wanito, girang bukan kepalang. Permohonannya dikabulkan. Diambilnya bayi kembar dampit itu penuh kasih sayang. Katanya,
“Hai, selamat datang anakku. Engkau akan menjadi pewarisku kelak. Jadikanlah bukit ini suatu sekolah yang besar. Sekolah ini akan mencetak orang – orang yang cerdas dan hebat.”  Ki Joko bahagia sekali. Dipandanginya bayi kembar dampitnya itu. Lalu ia berkata lagi,
“ Baiklah, aku akan menamaimu Dimas Buto Senengane Ngligo (Dimas Buto yang suka gak pake baju kepanasan) dan Cik Lani Senengange Menek Dingklik (Cik Lani yang suka naik dingklik-kursi kecil). Hiduplah rukun dan damai, penuh kasih sayang agar dunia sentosa. Kelak jika waktunya tiba seluruh ilmuku akan kuwariskan pada kalian.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Sang kembar dampit ini bertambah besar. Tapi hal ini tidak membuat ki Joko bahagia. Hatinya gundah gulana merana nelangsa, karena si kembar suka bertengkar. Mereka selalu saja berebut. Dimas Buto yang tinggi besar sering tidak mau mengalah dengan Cik Lani yang mungil. Mereka sering terlihat seperti tarik menarik dan saling pukul. Bukit tempat ki Joko tinggal, yang dulunya tenang damai, sekarang menjadi berisik riuh ramai.

Dalam kegundahannya, Ki Joko duduk dibawah pohon durian di sebelah rumah milik sahabatnya Om Handoko Doyan Mlaku-mlaku Mlebu Metu Alas Duku (Om Handoko suka jalan – jalan keluar masuk hutan duku).  Saking asiknya melamun, Ki Joko tertidur. Dia bermimpi dan mendapat wangsit. Dalam wangsitnya itu, dikatakan bahwa Dimas Buto dan Cik Lani akan hidup rukun dan akan terpisah (tidak dampit lagi) setelah mereka makan UK BO.

Tiba – tiba gubrakkkkkkkkkkkkkkkk. Ternyata ada durian jatuh. Om Han sampai keluar pondoknya melihat asal suara. Ki Joko pun kaget bukan kepalang. Dia terbangun dari mimpinya. Om Han menemui sahabatnya itu dan menanyakan keadaannya. Ia khawatir Ki Joko babak belur kejatuhan durian. Ternyata Ki Joko baik – baik saja. Hanya sedikit kaget. Ki Joko malah bercerita ngalor ngidul tentang wangsit yang diterimanya. Om Han mengangguk – angguk sambil menikmati durian kesukaannya yang jatuh dari pohon di pekarangannya itu. Om Han berkata,
"Wah maaf Ki, aku tak tahu apa itu UK BO."

Ki Joko akhirnya pulang ke rumahnya, setelah menikmati durian bersama sahabatnya tadi. Ia berpikir keras dan bertekad untuk mendapatkan UK BO untuk kembar dampitnya itu.  Mulailah ia berjalan mencari UK Bo ke seluruh bukit dan sekitarnya. Dia tak peduli panas matahari menyengat dirinya. Sampai ia tiba di sebuah sawah yang hijau. Dilihatnya disana, seorang wanita tengah berfoto – ria bersama suaminya. Narsis benar wanita ini, batinnya. Lalu didekatinya wanita itu dan suaminya. Sayang si suami kelihatan terburu – buru pergi. Tak apalah, biar kutemui wanita itu saja.

“Selamat siang Diajeng,” sapa Ki Joko ramah. Wanita itu berpaling mencari suara yang menyapanya.
“Selamat siang, Aki, ada yang bisa saya bantu” tanya wanita itu.
“Kenalkan nama saya Ayla Suka Berfotoria di Mayapada. Kalau Bapak, siapa?” lanjut wanita itu.
Ki Joko memperkenalkan dirinya.

Entah mengapa Diajeng Ayla dan Ki Joko cepat menjadi akrab. Lalu Ki Joko menceritakan maksud dan tujuannya, dan hingga kakinya sampai mempertemukan mereka di sawah itu. Lalu lanjut Ki Joko,
“Diajeng, tahu apa itu UK BO?” Diajeng Ayla tertawa terbahak – bahak sampai keluar airmata.
“Oh ya, saya tahu Ki. Ibu saya pernah bercerita, kalau saudara suka bertengkar diberi UK BO akan rukun kembali,” sahutnya.

Ki Joko menjawab,”Tapi UK BO itu apa to, Jeng?”

“UK BO itu adalah bagian rahasia milik kerbau, Ki,” jawab Diajeng Ayla masih tertawa geli. “Baiklah nanti Ki Joko saya antar ke pasar, ke tempat teman saya yang jual daging ya,” lanjut Diajeng Ayla sambil menyeka airmata. “Mari Ki, saya antar,” ajak Ayla.

Berdua mereka menuju ke  pasar yang jaraknya cukup lumayan. Di jalan mereka bercerita ngalor ngidul, sampai tiba – tiba ada jip berhenti. Ternyata itu teman Diajeng Ayla, Kang Anoewnya Panjang Bukan Kepalang Bisa Untuk Dibuat Talang. Diajeng Ayla menyetop Jip itu, lalu katanya, ”He Kang Anoew, antar saya ke pasar ya. Tapi sebelumnya saya mbok di poto didepan jip ini buat kenang-kenangan.” Seperti mendapat durian runtuh ternyata kang Anoew bukan cuma setuju menjepret Diajeng Ayla yang narsis abis ini, tapi dia juga ngajak Jeng Ayla off road sebentar, sebelum ke pasar. Ki Joko Cuma bisa plonga plongo.

Akhirnya sampailah mereka di pasar. Di pasar, Jeng Ayla langsung menuju ke tukang daging langganannnya. Namanya Yu Dewi Cilik Methikil Penjual Kikil. Diajeng Ayla menyampaikan maksud kedatangannya bersama ki Joko. Yu Dewi malah ngowoh (=ternganga)  mendengar maksud dan tujuan Diajeng Ayla dan Ki Joko. Pikiran ngeresnya berkelana. Lalu kata Yu Dewi,
“Jeng Ayla, saya memang punya kebo, tapi saya tidak jual daging kebo, je. Kebo saya Cuma buat mbajak sawah. Lha nanti kalau diambil itunya doang, apa ngga kasihan, terus motongnya pake apa? Melas men, keboku. Mengko njur pipis e piye? “ tanya Yu Dewi dengan logat Jawanya yang medhok.

Ki Joko dan Diajeng Ayla saling berpandangan. Terlihat wajah Ki Joko sedih dan putus asa. Terbayang di matanya, Dimas Buto dan Cik Lani sedang saling lempar dingklik dan bertabuh panci. Diajeng Ayla tak tega melihat wajah Ki Joko yang memel. Lalu ia menghibur Ki Joko,
“Nanti kita cari lagi ke tempat lain ya Ki, jangan sedih.”

Bersambung
Cerita ini adalah cerita nyata. Semua tokoh ada di rumah Baltyra yang penduduknya hampir kenthir semua. Yang waras bisa dihitung dengan jari….

21 Oktober 2011

read more

Rabu, 19 Oktober 2011

Kemandulan di Mata Gereja - Sebuah Kegelisahan

Rabu, 19 Oktober 2011
0 komentar

Tulisan ini berawal dari status Romo Apolonius Basuki yang sambil bercanda beliau bercerita seorang kakek yang ingin menikah, tetapi terganjal oleh aturan gereja karena burungnya sudah tak bisa terbang lagi. Dan secara iseng pula saya menanggapinya dengan sedikit serius.
“Romo, berarti gereja sudah melanggar HAM,” demikian tulisku. Romo Apolonius Basuki pun secara berkelakar menjawab, “Ia meita biar si kakek mengasuh cucunya saja.”

Ternyata tanggapan isengku itu menjadi sebuah kegelisahan, yang ujung-ujungnya menggerakkan jariku untuk menuliskannya menjadi sebuah catatan.

Tanpa berniat mengguggat suatu ketaatan, aku terus bertanya-tanya dalam hati, mengapa gereja menurutku melanggar hak asasi manusia yang saling mencintai dengan dalih suatu aturan yang sudah berlangsung berabad-abad. Cukup dimengerti bahwa Gereja cukup dipusingkan dengan angka perceraian dan permasalahan rumah tangga yang disebabkan oleh masalah ranjang. Rumit memang!

Masalah ranjang seringkali menjadi keluhan sepanjang segala abad. Walaupun saya bicara tanpa data, tetapi membaca cerita, berita juga kolom konsultasi seks di media, cukuplah bagi saya mengerti bahwa ranjang adalah faktor penting walau bukan yang terpenting. Berawal dari ranjang mampu membuat manusia kehilangan kata, harta, saudara sampai hati nuraninya. Namun, buat saya itu bukan berarti kita bisa mengabaikan hak asasi manusia yang saling mencinta. Cinta yang tak bisa diukur di ranjang saja.

Banyak sekali contoh kehidupan yang bahagia dengan cinta tanpa direcoki urusan ranjang. Dan mereka berhak untuk itu. Apakah jika seseorang mandul berarti kehilangan hak nya untuk membangun rumah tangga? Mencintai dan dicintai. Bukankah ada banyak solusi dan komitmen yang bisa dibuat? Bagi saya mencintai adalah hak setiap manusia, dan berumah tangga adalah kerinduan setiap insan yang saling mencinta. Bukankah dengan menghalangi hak mereka membangun rumah tangga berarti justru member peluang bagi mereka untuk berzina? Toh tak ada siapa pun yang terluka dan dirugikan oleh sepasang kekasih yang mungkin salah satunya terkendala masalah kemandulan.

Semoga gereja mau terbuka dan memahami sebuah rasa dan kebutuhan orang yang saling mencinta dalam kendala mereka masing – masing.

Semoga…..
17 Oktober 2011


read more

Rabu, 12 Oktober 2011

Kemarahan Dalam Keserakahan

Rabu, 12 Oktober 2011
0 komentar

Note : Tulisan ini sudah ku tulis ulang sampai 3 kali, untuk mendapat kalimat – kalimat yang benar – benar tepat. Ini dikarenakan saat menulis aku dipenuhi rasa marah dan jengkel yang luar biasa. Semoga setelah membaca tulisanku ini, anda pun akan memikirkan apa yang akan kita lakukan agar tidak berhenti menjadi suatu wacana saja. Terimakasih.

Whuihhhhh…begitulah ucapku sambil bergidik jijik menonton tayangan investigasi di sebuah stasiun televisi yang menampilkan acara  penelusuran berbagai trik dan kecurangan yang dilakukan para pedagang demi mendapatkan keuntungan besar tanpa mempedulikan keselamatan dan kesehatan pembelinya.  Aku merasa ini sudah bukan lagi sekedar masalah kemiskinan tapi juga menyangkut keserakahan dan tindak kriminal. Kompleks sekali memang!

Bagaimana perasaan ini tidak serasa diaduk – aduk, jika berbagai zat adiktif berbahaya ternyata menjadi unsur bahan makanan/jajanan anak – anak kita sehari-hari. Bakso dan mie berbahan boraks dan formalin yang merupakan pengawet jenasah yang dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh ternyata kita konsumsi (mungkin) hampir setiap hari. Juga kaporit dan pewarna cat dalam susu kedelai. Kaporit ternyata selain berfungsi sebagai pemutih, juga berfungsi sebagai pengawet. Sehingga susu kedelai yang seharusnya hanya tahan satu hari saja, mampu bertahan berhari – hari dengan proses daur ulang dan peningkatan konsentrat kaporitnya. Belum lagi ditambah zat pewarna cat tembok. Entahlah apa jadinya tubuh kita jika zat – zat yang semestinya tidak diperuntukkan untuk tubuh kita ternyata kita konsumsi sehari – hari. Masih banyak lagi zat berbahaya seperti Rhodamin untuk pewarna permen atau makanan ringan lainnya. Memang sebenarnya pemerintah sudah melarang penggunaan bahan – bahan tersebut sebagai bahan makanan dalam suatu peraturan pemerintah dan SK menteri kesehatan. Tapi kupikir itu belum cukup jika tidak ada pantauan terpadu dengan dinas terkait, kepolisian misalnya.

Dan yang paling mencengangkan dan sangat membuatku marah adalah tayangan berikut ini :
Anak – anak kita tentu sangat gemar dengan sajian ayam goreng krispy. Dalam tayangan hari itu kita diajak melihat bagaimana proses pengolahan ayam goreng krispy (yang mungkin saja juga bukan berasal dari ayam segar alias tiren - mati kemaren, dibasuh dengan kaporit dan pewarna serta bumbu yang tidak semestinya, kalo ini sih cuma asumsi aku saja, karena sudah terlanjur paranoid)  setelah dibumbui lalu dicelupkan tepung. Saat membuat tepung itulah dimulai adegan yang mencengangkan, karena ternyata untuk mendapatkan rasa yang krispy maka tepung di campur plastik. Dan tahukah anda darimana plastik itu berasal? Si penulusur diajak ke suatu tempat, yang ternyata adalah tempat pembuangan akhir (TPA). Cukup sampai disitukah adegan dramatisnya??? Tidakkkk!!!! Karena ternyata plastik yang diambil dari TPA itu tidak dicuci, hanya dikumpulkan sebelum akhirnya digoreng untuk mendapatkan tepung ayam yang krispy.

Segera saja perut dan perasaanku campur aduk. Mual marah bercampur jadi satu. Berkali – kali aku berteriak, Ya Tuhan, ya Tuhan, oh My God, no!!!!!! Hal inilah yang menggerakkan aku untuk berbagi perasaan marah dan mencari solusi, agar anak – anak kita dan juga orang yang tidak mengerti tidak menjadi korban. Karena menurutku, tayangan ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Jika dalam 1 tahun ada 52 minggu, dan kita anggap tayangan ini sudah berlangsung selama 3 tahun, maka kurang lebih sudah ada kira-kira 150 trik kecurangan yang tidak berperikeprodusenan ini di tayangkan. Dan mengapa pemerintah seolah tutup mata dengan hal yang sudah kuanggap sebagai tindak kriminal? Bahkan mungkin lebih tepat lagi kuanggap sebagai pembunuhan berencana tanpa punya target korban yang jelas. Ekstrem memang mungkin, pernyataanku itu. Tapi apakah kata yang tepat untuk tindakan yang dilakukan para pedagang serakah itu??????

Sudahkah pemerintah merancang sanksi untuk pelaku tindak kejahatan ini, juga bagi mereka yang mengetahui tindak kejahatan ini tapi tidak melaporkan pada polisi. Apa bedanya para pedagang serakah ini dengan pengedar narkoba yang sudah mengorbankan kesehatan orang lain demi keuntungan diri sendiri? Hufffffffffffffftttt sesak nafasku jika mengingat ini. Yang lebih mengerikan lagi, jangan – jangan tayangan ini seperti kursus gratis buat para pedagang yang belum tahu. Lalu, apakah larangan untuk tidak jajan sembarangan pada anak – anak kita cukup menjadi solusi? Bagaimana nasib mereka yang hanya punya uang pas-pasan dan tidak ada waktu untuk memasak karena sibuk mencari uang?????

Untuk itu marilah kita pikirkan bersama, semoga tulisanku ini menggerakkan orang – orang pandai dan punya akses, agar lebih memperhatikan Higienitas dan kelayakan konsumsi makanan, juga hak kita sebagai konsumen untuk mendapatkan perlindungan makanan yang aman dan layak untuk dikonsumsi. Paling tidak, anda yang membaca tulisanku waspada untuk tidak membeli makanan sembarangan. Semoga!

Semarang 11.10.2011


read more

Rabu, 05 Oktober 2011

Aku Malu

Rabu, 05 Oktober 2011
0 komentar


Aku malu….
.....Karena aku selalu bercerita tentang cinta
Tapi aku selalu gagal memaafkan bahkan orang yang pernah kucinta

Aku Malu
…..Karena aku selalu berceloteh tentang keadilan
Tetapi aku tak ingin berbagi sekalipun itu pada saudara sedaging

Aku malu
…..Karena aku selalu berdiskusi tentang  carut marut dunia
Tetapi aku tak mampu memberi solusi

Aku malu
…..Karena ternyata aku cuma bisa berteriak
Tapi enggan mendengar dan berpikir menelaah yang terjadi

Aku malu…
…..Karena malaikat itu mengikutiku sambil membawa cermin di mukaku

Ingin kuusir dia agar aku leluasa bicara dan menuntut,
tapi ia hanya tersenyum terbang meninggalkan ku
Untuk kembali esok ketika aku bertingkah lagi
Ah…..

read more

Perubahan Muatan Kurikulum Di Indonesia (Sebuah Harapan)

0 komentar

Mataku menelusuri kalimat demi kalimat dalam sebuah berita tentang Pendidikan. Hal yang pernah dan mungkin bisa dikatakan sampai saat ini masih kugeluti. Carut marut pendidikan di Indonesia yang sungguh menjadi keprihatinanku dalam ketidakberdayaanku harus melakukan apa. Jikapun aku protes aku tak bisa memberikan solusi dan menuntut apa karena keterbatasan pengetahuanku tentang pendidikan dan kurikulumnya.

Kubaca lagi berulang – ulang judul berita itu. “Dinas Pendidikan Melarang PAUD dan TK mengajar Calistung”. Dalam benakku dan mungkin benak para ibu dan juga pelaku pendidikan lainnya bertanya-tanya, bagaimana mungkin CALISTUNG tidak boleh diajarkan di pendidikan pra sekolah, sementara kurikulum SD kelas satu sudah begitu gemuk dan penuh dengan hapalan sampah????

Lalu kuletakkan Koran itu dan kubuka laptop ku untuk sekedar mencari referensi tentang pendidikan. Aku berselancar ke website Ayah Edi yang juga menggeluti dunia pendidikan. Dalam salah satu artikelnya yang berjudul Sekolah Beo, Ayah Edi mengatakan bahwa di Negara – Negara maju Calistung baru diajarkan di kelas tiga SD. Artinya di tingkat sebelumnya siswa hanya bermain dan mengasah kreatifitas dan motoriknya saja. Lalu aku teringat sebuah tayangan televisi tentang suatu perlombaan ketrampilan ala Jepang. Saat host memberikan pertanyaan perkalian, para peserta yang sudah berumur sekalipun terlihat kesulitan menjawab dengan cepat. Ini tentu sangat berbeda dengan siswa Indonesia yang dituntut hafal perkalian mulai kelas 2 SD. Simak jawaban sang peserta saat ditanya mengapa sulit menjawab soal perkalian, “Buat apa ada kalkulator kalau kita harus menghafal perkalian saja.” Hemmmmm betul juga ya! Kalau bisa dipermudah mengapa dipersulit?

Kulanjutkan membaca artikel Ayah Edi dengan seksama. Dikatakan dalam artikel tersebut, menurut penelitian ilmiah anak usia dini baru bisa memfokuskan organ visualnya pada obyek tiga dimensi. Dan jika dipaksakan untuk belajar CALISTUNG, maka ia akan mengalami gangguan visual lebih dini. Masih dalam artikel itu dikatakan, kemampuan seseorang dibagi menjadi tiga, yaitu kemampuan kreatif, nalar dan terakhir adalah mengingat. Kemampuan mengingata adalah merupakan pelengkap dan alami. Sisanya adalah merupakan kemampuan yang utama yang akan membantu seseorang untuk mencapai sukses di kehidupannya kelak. Kesuksesan seseorang sangat dipengaruhi oleh kreatifitas dan nalarnya daripada daya ingat saja.

Seringkali saya merasa dongkol, menghadapi guru yang mematikan kreatifitas anak. Ketika memberi ulangan anak, jawaban harus sama dengan catatan yang diberikan. Jika anak menjawab benar sesuai dengan bahasa anak  - anak dan kreatifitasnya, tapi tidak sama dengan catatan, maka, tiada ampun disalahkan, dengan dalih tidak sesuai catatan. Sungguh ironis dan menyedihkan.

Saya jadi teringat celotehan seorang teman, bahwa sekolah adalah justru merupakan institusi yang paling tidak mendidik. Tak heran jika mentalitas bangsa kita ini semakin merosot. Bagaimana tidak jika untuk berpakaian dan menjawab soal pun kita sudah diseragamkan. Juga pelajaran agama/religiusitas dan bidang studi yang mengasah ketrampilan justru mendapat jam paling sedikit. Dan sebaliknya, mata pelajaran penuh hafalan sampah mendapatkan jam yang banyak.  Saya cukup terkejut menyadari pelajaran yang saya pelajari dulu di kelas lima ternyatasekarang sudah diterima anak kelas 3 SD. Huffffftttt mengerikan! Lalu untuk apa dan kepentingannya apa anak SD kelas 3 sudah diajari hal – hal yang cukup berat itu.

Sedih rasanya melihat anak – anak sekarang kehilangan waktu bermain. Jam belajar mereka seperti jam kerja orang tua mereka bahkan lebih. Tak heran anak – anak sekarang kehilangan kreatifitas dan keceriaan mereka. Banyak anak mudah stress, manja dan tidak tangguh.
Dari seluruh keluhan saya diatas, saya hanya bisa berharap adanya perombakan muatan kurikulum di Indonesia. Saya kira pengutamaan kreatifitas sangat penting agar jumlah pengangguran dapat dikurangi.  Diharapkan dengan kreatifitas yang terus menerus diasah kita dapat menciptakan lapangan kerja sendiri.

Selain itu penanaman  religiusitas yang memadai agar angka korupsi dan terorisme dapat ditekan kalau memang tidak bisa dihilangkan. Hafalan – hafalan sampah tak perlu diajarkan dan masih banyak lagi harapan – harapan yang tak bisa diungkapkan dengan kata – kata.

Semoga ada ahli pendidikan yang mau menyumbangkan pikirannya dan kita juga mau belajar dari negara – negara maju atas keberhasilan pendidikan di Negara mereka. Saya juga berharap pemerintah merubah Kurikulum yang ada menjadi suatu kurikulum yang cerdas dan berkesinambungan, bukan kurikulum yang setiap ganti kabinet juga mengganti kurikulumnya. Cukuplah sudah rakyat menjadi korban dari sebuah kepentingan…..Semoga!!!!

Semarang 4 Oktober 2011

read more