Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Rabu, 26 Oktober 2011

Dongeng Sebelum Tidur - Perjalanan Mencari Uk Bo

Rabu, 26 Oktober 2011
Sementara Ki Joko sedang berkelana mencari Uk Bo, sebagai syarat mengakurkan serta memisahkan si Kembar Dampit, di rumah Ki Joko, Dimas Buto dan Cik Lani selalu saja terlibat pertempuran sengit. Dimas Buto yang tinggi kekar luar biasa, tak pernah mau mengalah pada Cik Lani yang bersuara melengking memekakkan telinga. Ada saja masalah yang membuat mereka bertengkar. Bukan Cuma adu kata, adu mulut, bahkan adu fisik, tapi juga adu panci dan dingklik.

Om Han tetangga mereka, sampai geleng-geleng sakaw sambil mengelus dada. Bertahun – tahun ia mengeluh dalam hati, terganggu suara bising si Kembar Dampit itu. Tiada hari tanpa keributan di rumah Ki Joko. Hal ini membuat Om Han tergerak hatinya untuk membantu sahabatnya itu. Maka Om Han pun bertekad membantu Ki Joko mencari Uk Bo.

Om Han pernah mendengar nama seorang tabib mashur. Kalau tidak salah namanya adalah Mpek Dul Rambute Modal-Madul Dandanane Model Jadul. Walau bukan dukun cabul, tapi Mpek Dul tak pernah lupa memanjakan matanya, untuk sekedar curi-curi pandang atau melirik wanita cantik macam bom sex Tumpuk Artati yang top dan tercemar di jagad Baltyra. Kelihaian Mpek Dul meramu obat seperti ramuan sate kalajengking dan cem-ceman orok kuda binal atau tikus sawah sudah mendunia. Tempat tinggal Mpek Dul ini di Pulau Manis dan Lutuna (alias Wallis et Futuna).

Maka dengan semangat 45, Om Han berjalan kaki ceria menuju rumah Mpek Dul.Namun ia tak ingin sendiri saja melewatkan perjalanannya ke rumah Mpek. Maka diajaknyalah kedua sahabat Om Han yaitu Itsmi Sang Atheis Sejati dan juga Kang Iwan Satriya Doyan Lumah-Lumah. Lumayan bisa sambil meneruskan diskusi yang seru dan tak pernah selesai itu pikir Om Han. Kedua sohib si Om ini setuju menemani Om Han. Dan sudah bisa di duga sepanjang jalan mereka beradu argumen. Dari masalah pengeboman gereja sampai makanan/berkat, yang selalu menggelitik Itsmi berpendapat bahwa masalah itu tak ada kaitannya dengan Tuhan, tapi, Kang Iwan dengan berapi – api beropini sebaliknya. Om Han pun hanya bisa senyam-senyum sambil sesekali menengahi dengan bijaksana agar kedua sahabatnya menghormati pendapat masing-masing.

Diskusi yang menghamburkan ludah itu , membuat kerongkongan ketiganya kering. Om Han melihat gelagat kedua sahabatnya yang sudah bermandi peluh dan wajahmereka pun sudah mangar-mangar tersengat matahari. Belum lagi orchestra perut yang sudah menggelar atraksinya. Dari suara kricik-kricik, krucuk-krucuk, ecek-ecek sampai suara babi glegekan sudah diperdengarkan. Akhirnya mereka berhenti disebuah warung. Warung itu milik Dyah Ayu Soka Memberi Tanpa Pernah Mengurangi. Ia berkongsi dengan Akang Reca Suka Makan Rica-rica, membuka usaha WARTAK, alias Warung Batak. Tapi yang dijual bukanlah masakan khas Batak, melainkan makanan gilo-gilo (bukan gila-gila) yang menjual sego kucing dan camilan sejenisnya.

Sayangnya, WARTAK kongsi ini ndak bisa bathi alias merugi, karena kabotan jeneng (=terlalu berat nama yang disandang) pemiliknya. Maka,Kang Reca yang sudah hampir habis kesabarannya karena rugi terus, menganjurkan Dyah Ayu Soka meruwat namanya. Omong punya omong, dan dengar tanya pada para tamunya itu, Kang Reca bermaksud ikut ke rumah mpek Dul. Dia sudah bosan usahanya tekor melulu. Kang Reca menyampaikan maksudnya pada Dyah Ayu Soka yang ternyata juga setuju dengan rencana Kang Reca. WARTAKnya akan ditutup sementara. Mereka berdua akan bergabung dengan rombongan Om Han dan kawan-kawan ke Pulau Manis dan Lutuna. Mereka pun bersiap-siap berangkat.

0 komentar:

Posting Komentar