Kepergok Mencuri Digebuki Warga dan Ditelanjangi.
Begitulah judul sebuah berita di sebuah Koran yang kubaca pagi itu.
Aku termangu usai membaca judul tersebut. Inikah wajah bangsaku yang
kian tergerus oleh arus jaman? Kearifan yang dulu sangat dibanggakan,
keramahan yang menjadi ciri rakyat Indonesia serta keramahtamahannya
sirna sudah. Tayangan televisi import yang mengusung kekerasan sukses
dicekokkan kepada generasi penerus kita juga pada masyarakat, terutama
pecinta televisi saat ini. Setiap saat, setiap hari kita disuguhi
kekerasan dan kesadisan. Pernahkah anda menghitung jumlah berita yang
berbau kekerasan di sebuah Koran dalam sehari? Belum lagi tayangan
kekerasan di televisi. Lengkap sudah sepertinya setiap hari, kita,
keluarga kita, anak – anak kita dijejali oleh kekerasan dan kekerasan.
Hal itu seperti suatu indoktrinasi pada alam bawah sadar kita. Tak
heranlah perilaku kita lebih sadis dari para penjahat .
Saya jadi bertanya-tanya mana hasil penataran P4 (jaman saya
dahulu), pendidikan karakter, serta agama yang selama ini menjadi menu
dalam kurikulum pendidikan kita? Sungguh memprihatinkan peradaban
mutakhir bangsa ini. Lalu, apa bedanya kita dengan penjahat atau pencuri
itu ?
Si pencuri melakukan tindak kejahatannya mungkin dilandasi suatu
kebutuhan, bisa juga karena memang tak ada pekerjaan lain atau juga
malas. Tetapi bukankah bagi korban pencurian, harta masih bisa dicari
dengan usaha sedikit lebih keras. Di pihak lain, bagaimana dengan harga
diri yang sudah ditelanjangi dan juga jika ia digebuki akhirnya mati,
apakah semua itu bisa kembali???????? Siapakah yang lebih sadis menurut
anda?
Sepertinya masyarakat kita sedang sakit. Tapi saya sendiri tak
berani menggurui dan bercerita panjang lebar bagaimana cara
mengobatinya. Saya tak punya kapasitas untuk itu, pun, saya tidak punya
tips-tipsnya. Yang saya punya hanya hati nurani.
Dalam satu kisah kitab suci, ada cerita tentang murid-murid Yesus
yang memprotes guru mereka karena lebih berpihak pada seorang pelacur
yang dianggap pendosa, yang ingin sekedar menyentuh jubah Yesus. Tapi
dengan cerdik Yesus menjawab, barang siapa tidak pernah berbuat dosa ia
boleh melempar pelacur itu untuk yang pertama.
Sebagai refleksi : Apakah kita orang pertama yang melempar batu pada pelacur atau penjahat itu.
Tapi bagaimanapun, kejahatan adalah kejahatan, kita serahkan saja
pada yang berwenang untuk menanganinya bukan mengadilinya sesuai dengan
hukum kita sendiri-sendiri.
Semoga kita menjadi pribadi yang semakin arif…..
Semarang 22 Oktober 2011
Rabu, 26 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar