Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Rabu, 26 Oktober 2011

Hilangnya Kearifan

Rabu, 26 Oktober 2011
Kepergok Mencuri Digebuki Warga dan Ditelanjangi.

Begitulah judul sebuah berita di sebuah Koran yang kubaca pagi itu. Aku termangu usai membaca judul tersebut. Inikah wajah bangsaku yang kian tergerus oleh arus jaman? Kearifan yang dulu sangat dibanggakan, keramahan yang menjadi ciri rakyat Indonesia serta keramahtamahannya sirna sudah. Tayangan televisi import yang mengusung kekerasan sukses dicekokkan kepada generasi penerus kita juga pada masyarakat, terutama pecinta televisi saat ini. Setiap saat, setiap hari kita disuguhi kekerasan dan kesadisan. Pernahkah anda menghitung jumlah berita yang berbau kekerasan di sebuah Koran dalam sehari? Belum lagi tayangan kekerasan di televisi. Lengkap sudah sepertinya setiap hari, kita, keluarga kita, anak – anak kita dijejali oleh kekerasan dan kekerasan. Hal itu seperti suatu indoktrinasi pada alam bawah sadar kita. Tak heranlah perilaku kita lebih sadis dari para penjahat .

Saya jadi bertanya-tanya mana hasil penataran P4 (jaman saya dahulu), pendidikan karakter, serta agama yang selama ini menjadi menu dalam kurikulum pendidikan kita? Sungguh memprihatinkan peradaban mutakhir bangsa ini. Lalu, apa bedanya kita dengan penjahat atau pencuri itu ?

Si pencuri melakukan tindak kejahatannya mungkin dilandasi suatu kebutuhan, bisa juga karena memang tak ada pekerjaan lain atau juga malas. Tetapi bukankah bagi korban pencurian, harta masih bisa dicari dengan usaha sedikit lebih keras. Di pihak lain, bagaimana dengan harga diri yang sudah ditelanjangi dan juga jika ia digebuki akhirnya mati, apakah semua itu bisa kembali???????? Siapakah yang lebih sadis menurut anda?

Sepertinya masyarakat kita sedang sakit. Tapi saya sendiri tak berani menggurui dan bercerita panjang lebar bagaimana cara mengobatinya. Saya tak punya kapasitas untuk itu, pun, saya tidak punya tips-tipsnya. Yang saya punya hanya hati nurani.

Dalam satu kisah kitab suci, ada cerita tentang murid-murid Yesus yang memprotes guru mereka karena lebih berpihak pada seorang pelacur yang dianggap pendosa, yang ingin sekedar menyentuh jubah Yesus. Tapi dengan cerdik Yesus menjawab, barang siapa tidak pernah berbuat dosa ia boleh melempar pelacur itu untuk yang pertama.

Sebagai refleksi : Apakah kita orang pertama yang melempar batu pada pelacur atau penjahat itu.

Tapi bagaimanapun, kejahatan adalah kejahatan, kita serahkan saja pada yang berwenang untuk menanganinya bukan mengadilinya sesuai dengan hukum kita sendiri-sendiri.

Semoga kita menjadi pribadi yang semakin arif…..

Semarang 22 Oktober 2011

0 komentar:

Posting Komentar

 

Komentar Anda