Tulisan ini berawal
dari status Romo Apolonius Basuki yang sambil bercanda beliau bercerita seorang
kakek yang ingin menikah, tetapi terganjal oleh aturan gereja karena burungnya
sudah tak bisa terbang lagi. Dan secara iseng pula saya menanggapinya dengan
sedikit serius.
“Romo, berarti
gereja sudah melanggar HAM,” demikian tulisku. Romo Apolonius Basuki pun secara
berkelakar menjawab, “Ia meita biar si kakek mengasuh cucunya saja.”
Ternyata tanggapan
isengku itu menjadi sebuah kegelisahan, yang ujung-ujungnya menggerakkan jariku
untuk menuliskannya menjadi sebuah catatan.
Tanpa berniat
mengguggat suatu ketaatan, aku terus bertanya-tanya dalam hati, mengapa gereja
menurutku melanggar hak asasi manusia yang saling mencintai dengan dalih suatu
aturan yang sudah berlangsung berabad-abad. Cukup dimengerti bahwa Gereja cukup
dipusingkan dengan angka perceraian dan permasalahan rumah tangga yang
disebabkan oleh masalah ranjang. Rumit memang!
Masalah ranjang
seringkali menjadi keluhan sepanjang segala abad. Walaupun saya bicara tanpa
data, tetapi membaca cerita, berita juga kolom konsultasi seks di media,
cukuplah bagi saya mengerti bahwa ranjang adalah faktor penting walau bukan
yang terpenting. Berawal dari ranjang mampu membuat manusia kehilangan kata,
harta, saudara sampai hati nuraninya. Namun, buat saya itu bukan berarti kita
bisa mengabaikan hak asasi manusia yang saling mencinta. Cinta yang tak bisa
diukur di ranjang saja.
Banyak sekali contoh
kehidupan yang bahagia dengan cinta tanpa direcoki urusan ranjang. Dan mereka
berhak untuk itu. Apakah jika seseorang mandul berarti kehilangan hak nya untuk
membangun rumah tangga? Mencintai dan dicintai. Bukankah ada banyak solusi dan
komitmen yang bisa dibuat? Bagi saya mencintai adalah hak setiap manusia, dan berumah
tangga adalah kerinduan setiap insan yang saling mencinta. Bukankah dengan
menghalangi hak mereka membangun rumah tangga berarti justru member peluang
bagi mereka untuk berzina? Toh tak ada siapa pun yang terluka dan dirugikan
oleh sepasang kekasih yang mungkin salah satunya terkendala masalah kemandulan.
Semoga gereja mau
terbuka dan memahami sebuah rasa dan kebutuhan orang yang saling mencinta dalam
kendala mereka masing – masing.
Semoga…..
17 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar