Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Selasa, 15 Mei 2012

Mengais Semangat Yang Tercecer

Selasa, 15 Mei 2012

Ini adalah statusku di sebuah jejaring sosial, saat aku merasa terbanting oleh idealisme yang tak dapat aku penuhi. Beruntung aku selalu mempunyai sahabat-sahabat yang baik, yang selalu menjadi malaikat penolong yang dikirimkan Tuhan untukku.

Celoteh dan komen-komen sederhana, sungguh mampu membuat bibir ini tersungging, dan hati ini menertawakan kekerdilan diri serta kecengengan yang seharusnya tak kulakukan. Kata para bijak,
"Dalam kelemahanku nyatalah kekuatanNYA”

Dan memang demikianlah adanya. Dalam ketakberdayaan serta keterbatasanku sebagai manusia yang seringkali merasa super, mampu melakukan segalanya, dan ingin segala sesuatu sempurna, aku justru merasa lemah dan kehilangan semangat.

Sudah dua bulan ini, aku tak mempunyai pembantu. Setelah dia, yang 20 tahun mengabdi pada keluargaku menemukan belahan hatinya dan memutuskan untuk menikah. Hal ini dibarengi, asisten pengajarku juga mendapat pekerjaan yang lebih baik. Bukan cuma satu orang, tapi dua sekaligus. Jadilah aku berusaha tampil sebagai seorang super woman. Aku menjanjikan pada para muridku bahwa aku akan tetap mendampingi mereka dengan berbagai persyaratan ini itu, antara lain mereka harus membuat janji dulu denganku, bla bla bla.

Bukan cuma itu. Aku juga menolak menggunakan mesin cuci untuk meringankan pekerjaan rumah, karena aku anggap mesin pintar itu cuma sekedar mesin penggiling, sedangkan jasa laundry aku anggap jorok, tidak bisa menjamin kesterilan dlsb.

Bisa dibayangkan, aku berangkat kerja pukul 7 pagi, pulang dan tiba di rumah pukul 5 sore. Di rumah, sudah menunggu murid-muridku. Mereka belajar hingga pukul 7 malam. Lanjut jika ada yang meminta les di rumah aku langsung meluncur ke rumah mereka hingga pukul 20an. Tiba di rumah, di hari-hari tertentu rumahku dipakai untuk latihan paduan suara hingga pukul 22. Sungguh kadang aku merasa tenaga dan pikiranku terkuras. Sebetulnya hal ini tak terlalu menjadi beban, jika saja asisten ditempat usahaku yang satu lagi tak bermasalah.

Sudah 2 minggu ini orang tuanya opname. Tentu saja para orang tua itu mengeluh. Hal inilah yang membuat semangatku tercecer. Idealismeku, untuk komitmen yang telah kujanjikan serasa kuabaikan. Aku sungguh kecewa pada diriku sendiri yang tak mampu memberikan pelayanan yang terbaik.

             Dalam keputus-asaanku, aku menulis status tersebut diatas. Pak Handoko, motivator dan inspiratorku memberi komen sederhana yang membuatku terperangah.

“Tema bagus untuk jadi tulisan, besok jadi ya!” tulis Pak Handoko dalam komennya.
“Jiah, hadhoh lha wong ini aja sendang nglokro kok malah suruh nulis,” begitu balasku.
“Mosok, orang hebat bernama Nur (Demikian teman-teman Baltyra meledekku) kok mau hanya jadi pengganti si mbak. Lha sejak si mbak nikah kok gak pernah menulis. Saya pikir cukup puas jadi sulihnya.”

Komen sederhana penuh motivasi ini membuatku tersenyum dan menertawakan diriku sendiri. Betapa bodohnya aku yang begitu cengeng dan mengasihani diriku sendiri. Aku bersyukur mempunyai teman-teman dan sahabat-sahabat yang selalu menghiburku. Tuhan selalu mengirimkan malaikat penolongku.

Dalam ketidak berdayaanku, justru aku menemukan sesuatu yang indah : KekuatanNya yang luar biasa dan maha dahsyat. Indah sekali rasanya, menyadari betapa aku selalu ditopangNya, dihiburNya. Senyum kecil yang tersungging dibibirku ternyata mampu mengubah dan mencerahkan pikiranku.

Aku mulai menyusun rencana-rencana yang aku harap bisa berjalan dengan baik. Aku menyadari bahwa aku tak sempurna, tapi aku telah berusaha untuk memegang komitmen ditengah segala keterbatasanku.

Terimakasih untuk sahabat-sahabatku yang telah memberi semangat, yang meminjamkan bahu untuk sekedar bersandar. Aku bahagia memiliki kalian. “That’s friends are for”



Semarang, 24 April 2012

0 komentar:

Posting Komentar