Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Sabtu, 04 Februari 2012

Ingatlah Kita Ini Abu dan Akan kembali Menjadi Abu

Sabtu, 04 Februari 2012
Memasuki masa Pra-Paskah adalah suatu masa yang kurindukan. Masa dimana aku boleh ambil bagian dalam memanggul Salib Yesus, Sang teladan hidup kami.

Kali ini, aku ingin berbagi sedikit tentang tradisi Rabu Abu. Tradisi dalam iman Katolik memasuki masa Pra-Paskah yang akan jatuh pada tanggal 22 Februari 2012 nanti. Semoga tulisan ini memperkaya pembaca semua.

Gereja Katolik memiliki banyak tradisi dan kaya akan simbol-simbol iman. Salah satunya adalah Rabu Abu.  Rabu Abu adalah hari pertama memasuki rangkaian 40 hari sebelum puncak perayaan Iman  yaitu Paskah yang biasa disebut Jumat Agung.  Biasanya pada hari itu, Umat Katolik diberi tanda Salib dari abu di dahinya sebagai tanda pertobatan.

Seorang Paus bernama Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden. Ini merupakan peristiwa saat Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu.

Oh ya, Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu bukan berasal dari sembarang abu. Melainkan berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar kemudian diberkati.

Jaman dulu orang-orang Kristen yang berdosa berat wajib menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Kemudian pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu.  Sementara itu umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat.

Seperti halnya Adam dan Hawa yang diusir dari Taman Eden karena ketidak-taatannya, mereka pun juga diusir gereja. Setelah mereka bertobat dengan sungguh-sunguh selama 40 hari masa pertobatan serta berekonsiliasi, dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa mereka diijinkan memasuki Gereja kembali pada hari Kamis Putih untuk merayakan Perjamuan Agung.

Dalam masa Pra-Paskah atau masa pertobatan ini, Umat Katolik dewasa diwajibkan berpuasa dan berpantang. Dan puasa dalam tradisi Katolik pun cukup unik, berbeda dengan puasa yang biasa dilakukan oleh saudara-saudara Muslim. Umat Katolik berpuasa dengan cara makan kenyang sekali dalam sehari. Seringkali ini disalah artikan dengan boleh makan terus, asal tidak kenyang dan kenyangnya sekali saja. Ha ha ha… ini sih alasan saja buat mereka yang gampang lapar dan tidak niat berpuasa. Sepertinya ringan ya, cara puasanya, tapi justru karena dianggap ringan makanya sering susah pelaksanaannya. Banyak tantangan dan godaan.

Demikian juga dalam hal berpantang. Kita bisa menentukan sendiri pantang yang kita lakukan. Berpantang dalam masa ini seharusnya dimaknai sebagai bagian dari pertobatan, yaitu meninggalkan atau menjauhi segala yang disukai dan memilih untuk melakukan silih dosa dengan bermatiraga. Menjauhi segala kesenangan. Contohnnya : pantang garam. Berarti dalam sehari itu kita tidak makan segala sesuatu yang enak atau berasa garam. Atau pantang rokok bagi mereka yang hobi merokok. Untuk anak-anak mereka seringkali melakukan pantang jajan. Semua uang yang biasa dipakai untuk menikmati hal-hal yang menyenangkan itu disisihkan untuk kemudian diserahkan pada Gereja dalam program sosial. Biasanya kami menyediakan tabung celengan, setiap kali kami berpantang atau berpuasa, uangnya kami masukkan ke celengan tersebut.

Nah, itulah sedikit cerita yang kurangkum dari berbagai sumber.

Selamat mempersiapkan masa Pra-Paskah bagi mereka yang akan merayakannya. Semoga kita semua makin menemukan Tuhan dalam setiap nafas kita dan kelak boleh memandang WajahNya yang Kudus…….

Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu … !

0 komentar:

Posting Komentar