Siang ini aku terpekur di jendela kamarku. Kubuang pandangan keluar, mencoba mencari kalau-kalau ada setetes embun jatuh di dedaunan tanaman hias di belakang rumah. Yah cukuplah setetes saja, ia pasti menyegarkanku...
Kuhela nafasku, karena embun pagi tak jatuh di tanahku siang ini...
Pikiranku melayang pada kejadian hari - hari belakangan. Cerita antara aku dan dia.
Ahhh ...Mengapa di usia perkawinan yang makin tua kami justru makin sulit untuk saling memahami....?
Benarkah kami sudah kembali pada usia kanak-kanak? Yang ingin selalu dimanja dan diperhatikan? Selalu saja ada yang salah dan tak sempurna yang mengganjal di dada. Bagai menumpuk sekam dalam diam. Baranya tak pernah mati. Hanya menunggu di jerang minyak dan kemudian : blarrr!
Kubiarkan hatiku berkecamuk tak karuan. Lelah mata ini memandang matahari dan kilaunya yang menyilaukan. Kubawa mataku kembali ke kamarku. Dan sejenak berhenti pada sebuah kayu yang berpahat seorang lelaki yang sedang merentangkan tangannya. Ia adalah jembatan antara langit dan bumi. Seorang yang telah menyerahkan nyawaNya bagi sahabat-sahabatNYA. Seorang yang tak pernah menuntut walau tak dicintai bahkan dikhianati sahabat-sahabatNya.
Ah... Kurasakan tetes air yang menghangat di pipiku ...
Kusadari demikianlah indahnya cinta, jika kita mampu mencintai hingga terluka ,...
Smg, 14.01.12
Untukmu, kekasihku!
0 komentar:
Posting Komentar