Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Selasa, 13 Mei 2014

Suatu Hari Bersama Anak-anak Terang

Selasa, 13 Mei 2014


Kira-kira September tahun 2013, Agustinus Samsari, atau yang lebih dikenal dengan Br.Konrad meng-add aku di FB. Belakangan aku tahu beliau mengenalku dari seorang teman di sebuah komunitas.

Suatu hari beliau menyapaku. Dan obrolan berlanjut dengan kopdar di rumahku. Beliau menganggap bahwa aku peduli pendidikan, dan memperkenalkanku pada Anak-Anak Terang (AAT), yang notabene sudah aku tahu lama dari dik Christ Widya tapi belum mengerti apa itu, karena Dik Christ Widya dan keluarga besarnya adalah sahabat keluarga kami, tapi dia hanya meng-invite tanpa ada pembicaraan lebih lanjut hehehehehe.

Aku menduga bahwa bruder, saat itu melihat aku tinggal di rumah yang besar, pasti aku ini adalah orang berduit. Hahahahaha….. sampai akhirnya aku bercerita keadaanku yang sebenarnya, bahwa usaha suamiku baru saja rugi sampai 9 digit, dan akhirnya mengundurkan diri dari kerja sama bersama temannya dan memutuskan bekerja di Jakarta.



Setelah perbincangan malam itu, Bruder meminta putriku yang ketiga untuk magang menjadi relawan, karena saat ini dia masih duduk di SMA kelas XII. Tujuannya, agar tahun depan dia bisa membantu dan dibantu.

Tapi, dalam permenunganku selanjutnya, aku terinspirasi cerita bahwa kaya itu bukan soal seberapa banyak kita mendapat, tetapi seberapa banyak kita memberi. Lalu, aku memutuskan untuk bergabung dan mengambil anak asuh semampuku. Plus aku ingin berbagi apa yang bisa kubagi, yaitu ilmu dan relasiku.

Perkenalan itu berlanjut menjadi suatu keterlibatan yang membahagiakan. Dengan relasi yang kupunya, aku berkesempatan memperkenalkan Anak-Anak Terang dengan komunitas penulis yang tergabung dalam RUMAH MEDIA dan LESPI, yang dalam perjalanan waktu berkenan membantu mengembangkan kemampuan relawan AAT di bidang menulis juga berbagi dari royalty mereka untuk AAT. Aku juga memperkenalkan AAT di komunitas Global Community Nusantara (BALTYRA) yaitu orang-orang yang mencintai Indonesia yang bermukim di seluruh penjuru dunia. Dalam komunitas itu kami berbagi pengalaman dan cerita.

Dari keterlibatan kecil menjadi semakin dalam. Suatu hari, pak Hadi Santono menelpon dan memintaku untuk menjadi pendamping rohani anak-anak. Aku sempat bergurau pada beliau, siapakah aku ini sampai ketua yayasan AAT menelpon aku dan memberikan kepercayaan padaku.


Sungguh, ini suatu kebanggaan untukku. Aku yang tak punya apa-apa jadi sungguh menjadi kaya!

Terlebih dari pengamatanku, Anak-Anak Terang ini berisi orang-orang hebat. Dari pengusaha, Praktisi yang ahli dibidangnya, hingga anak-anak kurang mampu, yang mampu menggerakkan kami semua untuk bersatu. Hebatnya lagi, pendampingan kepada penerima beasiswa, bukan cuma pemberian beasiswa, tapi juga pembekalan karakter dan ketrampilan. Adakah pemberi beasiswa yang seperti ini? Bahkan Bapa Suci Paus Fransiskus secara khusus mengirimkan berkatnya untuk Anak-Anak Terang.


Rasa syukur dan kekagumanku, semakin besar ketika aku ikut temu donatur, pengurus, pendamping dan relawan se-Indonesia di Wisma Duta Wacana 12-13 April 2014 di Kaliurang. Sungguh pertemuan yang luar biasa. Aku kagum bagaimana Tuhan bisa menggerakkan orang-orang dari seluruh penjuru dunia mendanai sekitar 2650an siswa dan 40 mahasiswa dari berbagai pelosok Indonesia.
Read more: http://baltyra.com/2014/04/17/suatu-hari-bersama-anak-anak-terang/#ixzz3Bf8Irrsx


Yayasan AAT, baru saja membuka sekretariat baru di Padang dan Pontianak. Sementara ini sekretariat yang ada : Semarang, Jogjakarta, Madiun, Malang dan Purwokerto. Semoga di kota-kota lain ada teman-teman yang tergerak untuk membuka sekretariat sehingga, semakin banyak anak kurang mampu yang dapat terlayani.

Banyak cerita-cerita sedih dan bahagia terungkap dalam pertemuan itu. Salah satu yang sempat membuatku merasa sangat beruntung adalah tentang seorang relawan, yang sebelum menerima beasiswa, adalah mahasiswa dengan IP sangat kurang. Ia harus bekerja di 3 tempat. Meski sudah bekerja di 3 tempat, untuk makanpun ia masih susah. Hingga ia makan dari nasi aking dicampur garam setiap harinya. Sampai suatu hari ia ditantang oleh pengurus AAT, untuk meninggalkan pekerjaannya dan konsentrasi dalam kuliah dan harus bisa meraih IP 3. Tantangan diterima. Dan ia mampu membuktikan. Hahahaha…. Aku menulis ini sambil menitikkan air mata.

Betapa hebatnya relawan AAT ini. Sedang cerita bahagianya adalah, seorang relawan yang berbeda dari kita kebanyakan, dan memiliki prestasi luar biasa dengan IP 3,9. Ia mendapatkan perhatian khusus dari seorang donatur yang berharap relawan/penerima beasiswa ini dapat bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu yang makin cantik.


Betapa banyak hal-hal ajaib yang aku timba di Anak-Anak Terang. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari komunitas ini. Aku menyebutnya sebagai komunitas peduli pendidikan Indonesia makin cerdas.

Aku berharap, Anak-Anak Terang makin bersinar, komit pada tujuan dan terus menularkan virus berbagi. Sebarkan “The Power of URUNAN.”
Mari terus bercinta…
Semarang, 16 April 2014



Read more: http://baltyra.com/2014/04/17/suatu-hari-bersama-anak-anak-terang/#ixzz3Bf9EP82M

0 komentar:

Posting Komentar

 

Komentar Anda