Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Kamis, 24 Oktober 2013

(Beasiswa bagi) Anak-anak Terang

Kamis, 24 Oktober 2013
0 komentar

read more

Jumat, 18 Oktober 2013

Jumat, 18 Oktober 2013
0 komentar
Tanggal 31 Agustus 2013 lalu, (saat berkesempatan ke Malang menghadiri pernikahan seorang sepupu) salah satu tanteku yang hobi sekali makan mengajak makan siang di resto ini. Sempat muter-muter karena ternyata sepupuku, sang penunjuk jalan tidak begitu tahu letak pasti tempat ini. Mengesankan! Itulah kesan pertama memasuki Inggil Museum Resto, Malang yang terletak di Jl. Gajahmada No. 4, di daerah Tugu Malang sekitar Balai Kota. Di depan resto terpampang tulisan ini, dan ulasan mengapa resto ini disebut Resto Museum. Dwi Cahyono, sang pemilik dan penggagas Resto Museum ini, punya ide cemerlang untuk memasyarakatkan museum. Menurutnya, belajar sejarah bisa dilasanakan dimana saja. Berawal dari keprihatinannya terhadap bukti sejarah yang tidak terawat dan dipamerkan pada generasi penerus, maka ia mendirikan Yayasan Inggil, sebuah lembaga penelitian pribadi. Selanjutnya dengan lahan yang ada dan berbekal penelitiannya ia mengembangkan menjadi sebuah resto museum yang diberi nama INGGIL Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa 95% masyarakat kita, enggan datang ke museum. Digratiskan pun kalau bukan karena tugas, mereka pasti menolak. Ia akhirnya meramu konsep bangunan yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu pengunjung akan sejarah dipadu dengan suasana santai sambil menikmati makanan khas Nusantara. Dan Inggil Resto Museum inilah hasilnya. Benar-benar ide luar biasa! Yuk masuk menikmati museum restonya… Memasuki resto ini terlihat panggung yang kabarnya dipakai untuk pertunjukkan live kesenian yang ada, baik ketoprak, musik keroncong dlsb. Sayang sekali saat itu saya tidak beruntung menikmati sajian tsb. Selanjutnya mata saya langung tertarik dengan ini…
Nah siapa bisa menemukan topeng yang paling asli di jajaran topeng-topeng ini? Hahahaha….
Sekretaris palsu… mengetik dengan 11 jari… numpang mejeng doang…
Patung di sudut ruangan, yang berdiri itu juga patung hahahaha… Tempelan di tembok-tembok yang menampilkan cerita perjuangan di kota Malang…
Koleksi barang-barang antik… (JC ini termasuk hasil Zero Waste alias nyusuh menurutmu, yang sangat bermanfaat.. Iya kan ????)
Nih koleksi perangkonya ya pak Han… bukan sekedar Hoax…. heehehehe…
Oh ya masakan favorit di sini adalah Pecel Terong, Rawon Buntut, seafood bakar dengan sambal tradisional dan minuman-minuman tradisional pula. Harganya pun cukup lah buat kantong para pelancong… Pecel Terong yang Yummy Akhirnya, setelah dimanjakan dengan suasana yang asik – artistic, musti mampir di sini dulu kalau nggak mau dibilang tukang ngemplang. Iya kan, kang Anung??? Semarang, 9 September 2013 Perjalanan napak tilas sejarah leluhurku. Dari Surabaya, Malang, Nganjuk dan Madiun

read more

Hantu Baru Itu Bernama Kecelakaan

0 komentar
Akhir-akhir ini berita kecelakaan menguasai media, terpampang sebagai headline. Saya yang mempunyai trauma masa lalu tentang kecelakaan, selalu dibuat berdebar-debar dan pusing kepala membaca ataupun mendengar berita itu. Kejadian demi kejadian,dari kecerobohan sendiri sampai kecerobohan orang lain membuat saya menggigil cemas. Ketika kecerobohan itu datang dari diri sendiri, kita akan berkata: “Ini sebuah pelajaran, agar kita lebih berhati-hati.” Sebaliknya jika kecerobohan itu datangnya dari orang lain, kita akan mendapatkan hiburan: “Ini cobaan, pasti ada hikmahnya, Tuhan tidak akan mencobai umatNya di luar batas kemampuannya.” Tetapi permasalahan tidak berhenti sampai di situ. Di luar segala bentuk kecerobohan tersebut di atas, ada beberapa hal yang bisa diperbaiki. Pernah saya lihat talkshow Oprah Winfrey, seorang korban kecelakaan menuntut pemerintah karena konstruksi jalan yang tidak memadai, mengakibatkan seringnya terjadi kecelakaan. Langkah ini patutlah kita tiru walau belum membuahkan hasil. Setidaknya ada counter dari masyarakat terhadap pemerintah. Hal lain yang patut diperjuangkan adalah mendesak pemerintah membuat kebijakan yang tepat dalam penyediaan sarana dan prasarana jalan dan alat transportasi yang seimbang. Saat ini kita bisa mengamati, kendaraan-kendaraan baru tumpah ruah di jalan, sementara jalan tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang ada. Lebih dari itu, kendaraan tua yang tidak laik operasi berkeliaran mengancam keselamatan dan kesehatan pengguna jalan. Dari asap CO2 yang dihasilkan knalpotnya, sampai suara bising yang mengoyak telinga, belum lagi besi tua yang tak terawat yang dapat menyebabkan tetanus orang yang tergores. Ditambah lagi system uji kemampuan mengemudi yang dijalankan setengah hati dan mungkin terkesan asal, maksudnya asal jadi duit tanpa menelisik benarkah pemegang SIM layak mengemudi. Seharusnya, pihak kepolisian bekerjasama dengan dinas kesehatan mewajibkan para pencari SIM mengikuti kursus mengemudi. Sehingga para pemegangnya sungguh layak mengemudi. Yang terjadi saat ini kursus mengemudi, dan segala pengetahuan tentang berkendara dan persyaratannya tidak disosialisasikan dengan baik. Bak seorang anak yang belajar berjalan, tetapi tidak diberi teori dan pengertiannya, langsung disuruh berjalan. Sekedar pengalaman pribadi waktu mencari SIM, saya hanya mengandalkan pengetahuan di sekolah. Tak heran kalau uji kelayakan mengemudi dijalankan sesuai aturan sedikit yang bisa lulus. Untuk itulah banyak yang jalan belakang. Yang penting semuanya mulus dan dapat SIM dengan mudah. Demikian juga pengalaman saat perpanjangan, tes kesehatan terkesan hanya formalitas saja. Bertatap mata, penyerahan mahar untuk mendapatkan selembar kertas keterangan sehat dan keluar ruangan, tanpa observasi yang serius. Atau mungkin ada dukun ampuh yangmampu mengusir species HANTU baru ini dengan dupanya? Entahlah….Andai……???????? 19.09.2013 Digencar terus menerus berita tentang kecelakaan Membangkitkan traumaku…..TAKUTTTTTTTT

read more

Komposisi Lama di Lagu Baru

0 komentar
Senja baru saja merekah merah, sebentar lagi akan berubah warna menjadi gelap. Aku termangu di meja makan, usai merangkai peluh menjadi bulir-bulir nasi Di sudut meja, aku membuang pandang, sambil merenda airmata. Mengeja peristiwa menjadi sebuah makna bahagia “Apa yg salah?”, tanyaku gelisah. Kembali aku termangu, kuurai helai demi helai desah dan keluhku. Memisahkan nadanya satu persatu. Kemudian, mengamati, merangkainya kembali menjadi harmoni nada yg baru. Ahhh,sebentar aku terhenyak. “Ini bukan laguku," teriakku! Kekecewaan kembali melumatku. Menghancurkan semua urat bahagia di otakku. "Duhhhhhh, dimana aku yg dulu?" keluhku penuh gerutu. Kuambil kembali nada desah dan keluh itu. Kucoba lagi merangkainya menjadi barisan not dengan komposisi baru. Hufffffft,tetap saja aku tak mampu. Dan lagi-lagi kuteriakkan, "itu bukan laguku!" Sejenak dingin menghampiri. Sekelebat angin berhembus membelaiku. Dielusnya rambut, kemudian diusapnya pipiku. Kupejamkan mata. Menikmati buaian kedamaian itu. Dalamkeheningan, ia mulai membisikkan sebuah pesan, "Aya,kau tak perlu mencipta lagu baru dari nada-nada itu. Cukup dendangkanlah denganrasa syukurmu, sambil hitunglah berkat yang telah kau terima sepanjang hari. Janganlah kesedihan datang karena kauciptakan sendiri.” Aku kembali termangu. Sesekali mengharap semilir itu menghampiriku. Kuhela nafasku dalam-dalam, dan kupungut kembali nada desah dan keluh itu. Kuputar begitu saja, tanpa ku ubah komposisinya... Kali ini aku tak memberontak. Hmmm….Ini memang bukan laguku. Tapi nikmati saja.... Semarang,17 Oktober 2013 Apatis akut…..

read more