Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Rabu, 11 September 2013

Mandi Pakai Shower

Rabu, 11 September 2013
0 komentar

Iyem keluar dari kamar mandi sambil termangu-mangu. Sebagai bagian dari generasi yang melek teknologi, ia tak mau ketinggalan mencari-cari info alias browsing internet untuk mengetahui cara menyelamatkan bumi yang makin panas ini. Iyem bertekad ambil bagian untuk menyelamatkan dunia.
Iyem menyadari, walau dirinya termasuk salah satu dari Generasi Me Me Me yang alay geboy, (istilah yang baru saja didengarnya dari Pak Hand dan Aji saat berdiskusi tentang anak muda jaman sekarang) tetapi ia tak mau, bumi ini makin panas dan rusak.  Iyem terusik membaca barisan huruf di internet yang menuliskan bahwa kutub utara sudah meleleh. Ia juga galau mengetahui bahwa salah satu daerah di tanah kelahirannya di Semarang, yaitu  Sayung, Demak sudah mirip pulau baru, saat hujan. Bahkan untuk menengok di suatu makam di daerah tersebut, orang harus naik perahu agar bisa sampai ke sana.
shower
Pikirannya berkelana liar saat mandi.
“Wadhuh, berarti kalau saya mandi pake ciduk (=gayung) termasuk pemborosan air ya?”, begitu gumamnya.
“Wah berarti saya termasuk melakukan black innocent (mengutip istilah di suatu koran untukmenyebut dosa bersama yang tidak disadari),” demikian hati kecil Iyem berperang”
“Hmmm, aku harus bilang sama Pak Hand dan Mas Aji, supaya mengganti bak mandi ini dengan shower saja. Sekalian benerin kloset yang sudah bulek itu,” lanjut Iyem bicara pada dirinya sendiri.
Bruuuukkkkk, tak disadarinya, Aji telah berdiri di depannya.
“Ngopo to kowe Yem?’, tanya Aji yang hampir terpental tertahrak Iyem.
“Eh Mas Aji. He he he…Ndak owk Mas.” Seringai Iyem.
“Mas..Mas.. isa ndak kita bicara serius sebentar?” tanya Iyem serius.
Aji menahan tawa melihat raut wajah Iyem yang serius dan culun itu.
“Opo sih Yem,serius amat. Koyok mikir Negara wae,” sahut Aji.
“Lho, Mas Aji! Ini bukan cuma negara yang dipikir tapi dunia mas, keselamatan generasi penerus lho, mas!” tukas Iyem serius.
Aji tergelak, tak sanggup menahan tawanya.
“Nggaya men to Yem.. Yem…, kamu itu ngomong apa” kata Aji.
Iyem cemberut.
“Ah, Mas Aji tuh ya, diajak ngomong serius malah ngetawain saya,” gerutu Iyem.
Pak Hand yang melintas di dekat Aji dan Iyem, berhenti sejenak. Lalu nimbrung pembicaraan mereka.
“Ada apa to, Yem? Pagi-pagi kok serius men.”
“Ini lho pak, saya minta waktu bicara serius ama Mas Aji, malah diketawain.”
“Ya udah, sini duduk. Ayo kita ngobrol serius,” ajak Pak Hand sabar.
Akhirnya mereka duduk di ruang tengah. Pak Hand menyuruh Iyem bicara.
“Wis, sekarang ngomong serius. Apa masalahnya.”
“ Gini lho, pak. Saya minta pak Hand kalau mau betulin kamar mandi saya, jangan setengah-setengah. Nanti kloset saya yang bulek itu dibelikan seperti yang punya mas Payer ya. Sekalian baknya diganti aja pakai shower. Ini penting pak! Selain penghematan, saya sudah ambil bagian untuk menyelamatkan lingkungan. Saya ndak mau desa saya tenggelam gara-gara bumi yang makin panas,” Iyem memberondong pak Hand dengan penjelasannya yang berapi-api.
Pak Hand melongo mendengar penjelasan Iyem. Dirinya sedang berusaha menghubungkan antara perbaikan kamar mandi pembantunya itu, dengan keinginan Iyem yang mau ambil bagian menyelamatkan lingkungan, sekaligus tentang daerah Sayung yang tenggelam.
Ia berusaha mencerna pernyataan-pernyataan Iyem yang liar dan melompat-lompat persis Kuda yang pernah singgah di dapur salah seorang sahabatnya di Kona.
“ Yem,Yem, memangnya siapa juga yang mau renovasi kamar mandimu?”, tanya pak Hand pelan, tidak ingin menyakiti Iyem yang bicara penuh semangat.
“ Lho, lha kemarin itu, Mas Aji kan nawarin saya, disuruh milih kloset,” jawab    Iyem cepat.
Mendengar jawaban Iyem, Aji ngakak. Tawanya mengagetkan Iyem yang shock mendengar pertanyaan Pak Hand.
“Lah to Yem, aku kan cuma suruh milih aja. Siapa bilang mau betulin kamar mandimu. Itu namanya pemborosan. Mending kamu bersihkan yang bener klosetmu. Jadi biar cling gak bulek kayak sandal jepitnya kang Payeritu. Bersihinnya jangan pake cairan yang gak ramah lingkungan. Itu juga merusak alam,” lanjut Aji.
Iyem makin mbesengut alias cemberut. Matanya berkaca-kaca. Impiannya mandi pakai shower dan menyelamatkan bumi berantakan sudah…
Pak Hand iba melihat raut wajah Iyem yang merah merona menahan tangis.
“ Ya wis, jangan nangis. Doa aja, siapa tahu saya dapat rejeki bisa perbaiki kamar mandimu. Tapi, menurut saya kamar mandimu masih bagus kok, Yem. Beli shower aja ya! Jadi, mimpimu untuk ambil bagian dalam pelestarian lingkungan bisa terwujud.”
Iyem lega mendengar pernyataan pak Hand. Ia tersenyum menyeringai sambil menjulurkan lidahnya, meledek Aji.
Aji kembali terkekeh.
“Wooo, malah ngece. Tak baling dingklik blaiske….,” goda Aji.
Percakapan serius pagi itu berakhir. Iyem menyimpan mimpinya mandi pakai shower dan keinginannya untuk menyelamatkan lingkungan. Ia yakin suatu saat mimpi itu pasti akan terwujud. Tinggal tunggu waktu.
“Kalau bukan diriku sendiri yang mulai dengan tindakan kecil, siapa lagi yang mau menyelamatkan bumi ini,” gumam Iyem.
Bergegas Iyem kembali ke kamarnya. Sambil berkaca, ia berkata :
“Ini aksiku, mana aksimu !”


Semarang, 31 Juli 2013
Berharap – harap cemas THR hahaha….



read more

Gerakan Zero Waste

0 komentar

Menarik kiranya berbicara tentang sampah. Sesuatu yang seringkali dianggap menjijikkan. Tetapi kalau kita mau sedikit bersusah payah dan mengelolanya dengan baik akan menjadi suatu tambang emas.
Saya sedang terus mengeksplor segala sesuatu yang berhubungan dengan sampah dan pengelolaannya.Terus terang, saya tertarik dengan bisnis sampah. Tapi, tak tahu harus mulai darimana. Dan sungguh menarik ketika saya menemukan blog Bp. Sobirin yang inspiriatif dan luar biasa. Silahkan mampir disini : http://clearwaste.blogspot.com/
Di blognya, Pak Sobirin, yang tinggal di Bandung (dan memulai gerakannya ini karena keprihatinan akan gunungan sampah di Bandung beberapa tahun yang lalu) mengajak kita untuk mendukung Gerakan Zero Waste.
zero-waste
Menurut beliau, dibutuhkan suatu kelembagaan kecil agar gerakan ini dapat berjalan dengan baik. Caranya, satu keluarga harus menunjuk penanggung-jawab untuk memilah jenis-jenis sampah. Untuk itu diperlukan kedisiplinan dan kemauan yang keras.
Menurut jenisnya sampah dibedakan menjadi :
Sampah plastic
Sampah ini dapat di daur ulang untuk dijadikan kerajinan tangan atau dijual kembali untuk mendapatkan biji plastic yang dapat didaur ulang atau dipakai sebagai bahan polyester (kain).

Sampah kertas
Sampah kertas, koran, buku, ini pun dapat dipisah-pisah lagi dan mempunyai nilai ekonomis yang berbeda. Harga koran bekas, buku dan kertas budi berbeda-beda. Jika ada sedikit punya waktu lebih tentu akan menguntungkan jika mau memilahnya sesuai kelompoknya. Jika anda tidak butuh uang, paling tidak dengan mengelompokkan barang-barang ini sungguh sangat membantu pemulung dan dalam skope yang lebih besar anda turut merawat lingkungan.

Sampah dapur dan sampah daun
Sampah dapur ini yang paling menyebalkan karena bau dan jorok. Tetapi ada beberapa penawaran pengolahannya.
a. Metode Takakura
Ini model ‎pembuatan keranjang sampah yang paling sederhana. Tidak berbau dan tidak makan tempat. Dijamin sampah anda tidak akan menumpuk tapi justru diproses menjadi kompos yang sangat berguna

b. Dibuat pupuk cair

c. Dimasukkan dalam lubang biopori
Dengan metode bipori ini, selain kita mendapatkan kompos, juga kita menjaga resapan air tanah yang akan sangat membantu dalam penanggulangan banjir.

d. Dibuat composter

Sampah ex barang elektronik dan barang yang sulit di hancurkan
Sampah ini membutuhkan penanganan khusus yang harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan.
Contoh sampah jenis ini adalah : alat-alat elektonik yang tidak terpakai lagi, batu baterai, botol hairspray dlsb. Sampai sekarang saya belum tahu bagaimana pemerintah mengelola sampah jenis ini, selain menguburkannya.
Pak Sobirin, bukan hanya mengajak kita semua untuk tidak membuang sampah keluar rumah, beliau juga mengajar kita untuk mendaur ulang air yang sudah terpakai, baik dari bak cuci ataupun dari tempat yang lain. http://clearwaste.blogspot.com/2008/11/kolam-taman-air-limbah-cucian-piring.html
Saya juga sedang berusaha menerapkan ini, tapi sungguh merupakan perjuangan berat, karena tantangannya justru orang rumah sendiri yang malas. Belum ada kesadaran untuk menjaga lingkungan. Mereka lebih senang yang praktis dengan membakar sampah-sampah tersebut.
Duh, seringkali saya merasa bersalah pada alam. Tetapi mendidik memang tidak mudah. Harus dilatih terus menerus.
Saya juga harus tak jemu melatih diri saya untuk mau memilah sampah. Sekarang ini, ketika melihat sampah bertebaran di jalan, tangan saya otomatis mengambil dan menempatkannya, ditempat yang tepat.
Bahkan sering muncul perasaan jika melihat botol plastic dibuang di sembarang tempat, hati kecil saya berbisik, ah sayang sekali, mungkin 1 botol plastic bekas itu sangat berarti untuk para pemulung.
Saya kira ini sebuah alarm positif buat saya sendiri, heehehehe… walaupun saya belum bisa berbuat banyak.
Nah, pertanyaan saya :
“Maukah anda ambil bagian gerakan ini?”
Atau mungkin ada yang terpikir akan berbisnis sampah, karena saat ini belum ada bisnis yang mengurus sampah dalam skala besar. MAU?????

* Ucapan terimakasih khusus saya haturkan buat pak Sobirin yang sudah memotivasi saya lewat tulisan dan blognya. Semoga suatu saat bisa mampir ke Bandung dan berguru pada beliau.


read more

Ahok

0 komentar

Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, sosok ini begitu mencuri hati. Keberanian, kelugasan, kecerdikan hingga ketulusannya sungguh membuat saya bergumam, Syukur kepada Tuhan … Masih ada orang seperti dia dikirimkan untuk menyegarkan dan memperbaharui dunia (baca: Jakarta) yang amburadul.
Tak kurang dari sopir bajaj, mahasiswa, KOMNAS HAM, pengusaha, pegawai negri hingga pejabat DPRD ia ajak duel argumentasi. Jawaban-jawaban Ahok sungguh bukan jawaban ngawur. Ia tak gentar dan sangat menguasai suatu permasalahan. Tidak sekedar maido alias mencela. Ia berusaha memberi solusi. Ia pun rela merogoh kocek sendiri demi kepentingan orang banyak. Tak sudi dengan iming-iming duniawi.
ahok1
“Saya digaji untuk melayani.” Itu ungkapan tulusnya. 
Salah satu penyataannya yang membuat saya sangat terkesan: (Intinya saja ya .. hahaha… habis kebanyakan video yang ditonton sih!)
“Kita sebagai warga Jakarta harus merasa sebagai keluarga. Jangan ada yang kelaparan didiemin ada yang kebanjiran dicuekin.” 
Bukan sama rata, tapi harus berkeadilan sosial!
Pernyataan ini sungguh pernyataan yang mak jleb buat saya. Ternyata masih ada pemimpin yang benar-benar peduli pada rakyat miskin dan menderita. Bukan hanya kata-kata, juga bukan pula sekedar rencana, tapi ia mewujudkannya.
Setelah menonton video-video yang diunggah di youtube, saya harus mengakui : Ahok adalah sosok pemimpin yang cerdas.
Seorang host sebuah talk show tersohor (yang katanya pintar dan membuat keder seorang calon presiden) dibuatnya  keok. Saat mewancarai Ahok, ia terkesan ingin tampil lebih pintar atau sok pintar, tapi justru terlihat bagai orang yang tak berkualitas. Pertanyaan-pertanyaannya justru menjadikan host itu bahan tertawaan sinis para komentator.
Lawan politik yang berusaha menjatuhkan lewat isu SARA justru terjerembab, terperangkap dan akhirnya lenyap……
Luar biasa! Saya semakin penasaran, bagaimanakah alam membentuknya?
Jawabnya saya temukan pada rekaman video: The Power of Integrity.
Saya mengambil inti dari video ini. Bahwa integritas serta keyakinan akan sesuatu yang baik, dibarengi kekuatan doa,  akan menjadi mesin panser yang begitu hebat menghadapi musuh yang sulit terkalahkan : kerakusan, kebodohan, kemiskinan dan kemalasan yang telah mengakar dan beranak-pinak. Bukan cuma pejabat dan pengusaha yang rakus, tapi juga masyarakat yang miskin ditambah malas dan bodoh.
Sungguh serasi sekali Ahok berpasangan dengan Jokowi, Gubernur DKI yang kalem. Seperti kekuatan Yin dan Yang. Saling melengkapi.
Semoga Jakarta Baru dilanjutkan Indonesia Baru segera terwujud.
(Berharap bisa bertemu dan belajar banyak dari AHOK)

Semarang 25 Juli 2013
(Membayangkan suamiku yang mirip Ahok dilihat dari Monas – dan yang lihat seorang buta yang pakai kacamata plus… hahahaha)


read more

Pipis Ndodhok

0 komentar

Iyem, si pembantu pak Han yang koplak itu ternyata tidak bisa pipis di kloset duduk. Ia lebih suka pipis ndhodog alias jongkok. Alasannya lebih hieginis, begitu kilahnya.
wc-jongkok
(Ini kloset duduknya Iyem)                      

wc-jongkok2
(bandingkan dengan klosetnya kang Payer)
Saat kamar mandinya mau direnovasi, Aji berkata padanya :
“Yem, itu klosetmu diganti kloset duduk aja ya. Nih gambarnya kamu pilih yang mana?”
wc-duduk1
wc-duduk2
“Wah mas Aji, jangan ah. Nanti saya tidak bisa lancar buang airnya. Lagipula pipis pakai  kloset duduk itu tidak hieginis, mas.  Bayangkan saja, kalau yang pipis itu mbleber kemana-mana terus gak diguyur…. Wah segala penyakit bisa lari ke saya mas.”
“Walah, alasan saja kamu itu.”
“Lho, mas Aji ini, mesti ndak pernah nanya sama mbah google. Saya ini, biar orang ndeso tapi saya up-to-date mas….selalu browsing internet.”
“Halah, Yem yem, cuma pipis aja kok ya pake acara nanya mbah google to.”
“Lho, piye to mas Aji ki! Di sekolahin Pak Han duwur kok hal kecil begitu ndak tau.

Pak Han yang mendengar perdebatan antara Aji dan Iyem tersenyum sendiri. Ternyata pembantunya yang koplak binti sudrun itu tidak cuma pinter nulis Diary dan mengarang cerita. Hmmm boleh juga si Iyem ini, pikirnya.
“Mas Aji, menurut yang saya baca, pipis jongkok itu punya banyak manfaat. Antara lain: Proses BAB lebih cepat.
“Kok isa, Yem?” Tanya Aji buru-buru.
“Ya isa to mas. Kalo ndodhok kan ngedhen lebih lancar. Bandingkan aja ngedhen dengan cara duduk dan ngendhen dengan posisi jongkok, di jamin cruottttt yang jongkok.
(Posisi begini lebih asik apalagi disambi ngelamun)
“Sik sik, tak mbayangke sik ya Yem,” ujar Aji.
“Halah, gak usah di bayangke mas, praktek aja langsung di kloset saya sana.”
“Wegah ah Yem, ntar aku gringgingen (=semutan),” timpal Aji.
“Woooo, ya wis dibilangi Iyem ndak percaya.”

Pak Han yang nguping pembicaraan Iyem dan Aji, tergelitik angkat bicara.
“Apalagi, Yem, manfaat lainnya?”
“Lho, pak Han ndengerin juga to?” Tanya Iyem tersipu malu.
“Hmmm,” Ujar pak Han jaim.
“Ya masih banyak pak, bisa mengurangi sembelit dan kembung, juga gejala wasir.” Sahut Iyem melengkapi penjelasannya.
“Ah, mosok sih Yem?
“Ya coba dilihat lah pak di internet tuh.”
“Ohhhh .., jadi kamu suka ngenet to?” selidik Pak Han.
“Ah uh emmmm…..” Iyem plegak pleguk menjawab pertanyaan pak Han yang tak terduga.

Aji kasihan melihat Iyem yang plegak-pleguk, Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Lha terus piye jadine, Yem. Mau gak klosetmu diganti yang duduk?”
“Wegah ah, Mas. Kalau mau ngganti klosetnya tetep kloset duduk, tapi yang kayak punya mas Payer itu ya, mas…”
“Ckckckck…. Jian nglunjak tenan kamu itu, Yem”
“Ndak Mas, ndak nglunjak kok. Cuma mlumpat nyendhal-nyendhal kayak jaran kepang e mas Payer yang ucul di dhugderan deket Rumah e Nyai Mberok.”

Sumber : Dailyhealthpost, Jumat (12/4/2013):


Semarang, 11 Juli 2013
Saat susah ngobrol ama Suamiku…
(Hahahaha… malah kloset yang kepikir hahahaha aneh tenan)



read more

Warak Ngendok

0 komentar

Kota Semarang memiliki keunikan tersendiri saat Ramadhan tiba. Pemerintah kota biasanya menggelar tradisi Dhugderan. Dhugderan ini digelar kurang lebih 1 minggu dan berakhir sehari sebelum puasa. Untuk tahun ini, Dhugderan akan dimulai tanggal 29 Juni hingga 8 Juli 2013 mendatang.
Ada kekhasan yang tidak boleh terlewati saat dhugderan, yaitu arak-arakan Warak Ngendhog.
Inilah gambar Warak Ngendhok tersebut.
warak-ngendok01
warak-ngendok02
Konon Warak Ngendhog merupakan symbol 3 etnis besar di Semarang. Mereka adalah etnis Tionghoa, Arab dan Jawa. Perhatikan gambar diatas. Etnis Tionghoa terwakili di wajah Warak yang mirip naga, sedangkan etnis Arab terwakili pada tubuhnya yang mirip burung Buraq, dan yang terakhir etnis Jawa terwakili pada bentuk kaki Sang Warak yang mirip kambing.
Warak sendiri berasal dari kata Wara’a yang artinya mengendalikan diri dari hawa nafsu. Hal ini dimaksudkan saat Ramadhan mereka akan menyucikan diri dengan mengendalikan hawa nafsu dengan cara berpuasa. Sedangkan ngedhog (ndhog = telur) merupakan symbol dari pahala atau buah dari pengendalian diri tersebut.
Sungguh indah filosofi ini. Sebagai warga Semarang , saya berharap tradisi Dhugderan dengan mengarak Warak Ngendhog ini lestari.

Semarang 28 Juni 2013


read more