Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Senin, 10 Juni 2013

David Marsudi, Sang Pendekar Bodoh

Senin, 10 Juni 2013

Membaca kiriman seorang teman tentang orang ini membuat aku berdecak kagum. Sampai sulit memberikan deskripsi dan julukan yang tepat untuk dia.

Out of the box, gila, pintar, luar biasa, apalagi ya ???? Hmmm, akhirnya kupilih saja : SEORANG YANG CERDIK SEPERTI ULAR DAN TULUS SEPERTI MERPATI.

Nama lengkapnya adalah David Vincent Marsudi. Ia adalah Presiden Direktur PT. Pendekar Bodoh. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang restoran dengan label D’Cost.

Simaklah alasan mengapa David Marsudi memilih nama perusahaannya, PENDEKAR BODOH.

Menjadi pengusaha itu harus terus-terusan merasa bodoh. “Karena merasa bodoh, maka kemudian kita harus terus belajar. Kalau kita sudah pintar, kita berhenti belajar,” ujarnya.

http://yuswohady.blogdetik.com/tag/david-marsudi/

Menarik sekali alasan ini. Menurut saya ini adalah refleksi orang yang sangat rendah hati.

The more you give, the more you get!!!

Semakin banyak memberi, akan semakin banyak kamu mendapat. Itu adalah salah satu motto David Marsudi. Kita sering mendengar TAKE AND GIVE, tetapi bagi Sang Pendekar Bodoh ini, motto yang berlaku adalah GIVE AND RECEIVE, beri dulu baru terima. Dan ini bukan sekedar slogan.

Di D’Cost, ada berbagai macam program Diskon Umur. Di program discount umur, mereka yang makan disana akan mendapatkan diskon sesuai umur. Dan tercatat umur tertua yang pernah makan di D’Cost adalah 104 tahun.

Kebayang gak sih, sudah makan enak, gak bayar, malah dapat pengembalian 4%. Dan karena terkesan karena kebaikannya, rombongan pembeli ini minta ijin untuk mendoakan restoran itu.  Jarang – jarang ada sebuah perusahaan didoakan. Iya kan ?

http://swa.co.id/ceo-interview/dcost-aplikasi-ti-di-resto-seafood

Bukan cuma program yang ditawarkan menggelitik antik. Tapi ia juga tak takut rugi. Program HAMIL DULUAN BARU BAYAR, salah satunya.

Antik kan? Hamil baru bayar, nah iya kalau bisa hamil, kalau nggak hamil-hamil? Terus siapa juga yang ngecek kalau yang sudah makan di restorannya itu hamil ? Apakah mereka balik terus bayar???
Tapi lagi-lagi jawaban sang Presdir ini sungguh mencengangkan.

“Kami pasrah saja. Ini kesadaran saja. Dalam promosi ini juga terdapat nilai-nilai spiritualnya, yaitu agar masyarakat mulai tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu dari hati nurani. Pengalaman kami selama ini, belum ada pasangan yang mengaku hamil. Ha..ha..ha. Kami tidak pernah mengecek ke pasangan itu bahwa istrinya sudah hamil atau belum”

D’Cost, bukan cuma tulus, tapi mereka cerdik dan sangat pintar menurut saya. Proses pemasanan di restoran ini menggunakan teknologi yang tinggi.

http://gosipnya.blogspot.com/2012/06/dcost.html

Dalam wawancara dengan Swa, David mengatakan bahwa karena ia mengumpulkan uang receh, ia harus cepat dan mengumpulkan pembeli sebanyak-banyaknya. Mana ada jualan kangkung dengan 23 komputer. Dan itulah yang ditemui di D’cost.

“Dengan kami mengumpulkan uang recehan ini, otomatis omzetnya harus besar sehingga jumlah tamu harus banyak. Dengan jumlah tamu yang harus banyak, sementara jam makan cukup terbatas, maka kami harus cepat dalam pelayanan. Agar dapat cepat, harus menggunakan teknologi. Kalau order menggunakan tulisan tangan, tidak bisa. Tidak mungkin kami menjual teh harga seratus  jika kami tidak cepat. Skala ekonominya tidak akan tercapai karena jam makan orang sangat terbatas.

Prosesnya, begitu tamu memesan dan pelayan kami menekan ‘enter’ di perangkatnya, printer-printerkami di bar, di checker, di bagian steam, di bagian gorengan, langsung mencetak  pesanan itu dan pekerja kami langsung membuat sesuai pesanan yang dicetak. Jadi pendelegasian menu pesanan langsung tertuju ke bagian yang bersangkutan. Kami bisa menyajikan masakan dengan cepat karena kami terbantu dengan sarana TI ini.

Saat ini, kami gunakan model terbaru layar sentuh. Bukan print lagi. Kami sudah mulai coba di gerai Sunter dan Semarang. Gerai di Semarang terdapat 23 komputer. Kami hanya jualan kangkung tapi komputernya ada 23”.

http://swa.co.id/ceo-interview/dcost-aplikasi-ti-di-resto-seafood

Dan setelah eeorang teman yang pernah makan di resto itu mengatakan, teh satu gelas dihargai Rp. 500,00 dan pelayanannya pun sangat cepat. Mantaplah saya memberi julukan seperti di awal tulisan saya.

Hmmmm,….. semoga ada banyak pengusaha, pejabat juga ya yang mempunyai hati seperti David ini. Eh, semoga saya juga bisa punya hati seperti Sang Pendekar Bodoh ini.

Semoga……


Semarang, 24 Mei 2013
Mengumpulkan sepihan keajaiban tiap-tiap hari

0 komentar:

Posting Komentar