Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Minggu, 20 November 2011

Embun Pagi - Hujan

Minggu, 20 November 2011
0 komentar
Semangat pagi embun pagiku,
Hujan semalam menurunkanmu di telapak tanganku, pagi ini
Lembut dan sejuk

Sebenarnya,
Aku ingin menunjukkan padamu indahnya pelangi,
Tapi mendung pagi ini menghalangi...

Tak apa datanglah esok lagi
Kutunggu engkau di sini ...


Kutunggu engkau disini ...




read more

Aku Ingin Bermain Bersama Pelangi

0 komentar
Aku ingin bermain bersama pelangi
Memetik satu persatu warna dan memadunya
Hingga tercipta warna baru

Aku ingin bercanda bersama pelangi
Mengambil satu persatu warna dan memasangnya
Di tempat yang kusuka untuk kemudian tertawa memandangnya

Aku ingin menagis bersama pelangi
Menghapus warna demi warna bersama matahari
Dan menunggu hujan datang lagi melukiskan warnaku lagi bersamanya



read more

Embun Pagi - Beningmu

0 komentar
Hai Embun pagiku
Selamat pagi.....
Kilaumu sejukkan jiwa yang memandangmu
Beningmu putihkan hati yang berjelaga disapu malam sepi

Ahhhh embun pagiku
Kuingin selalu menyentuhmu.....






read more

Embun Pagi - Enggan ?

0 komentar
Selamat pagi, embun pagiku....

Entahlah aku merasa kilaumu tak seindah pagi-pagi sebelumnya...

Mungkinkah karena mentari enggan memantulkan sinar emasnya untukmu?

Tapi tak apa, tanpa kilau mu pun, engkau tetap menyejukkan ku....






read more

Embun Pagi

0 komentar
Smangat pagi embun pagiku,
Ah cerah mentari pagi ini sapaku genit...

Bisakah kita bercanda hingga senja bertahta diatas kepala? 

Aku ingin menadah dan menyimpanmu untuk membasuhkannya ke wajahku
Agar kesejukanmu bisa kurasa di sepanjang hariku...

Ah... Embun pagiku...
Berkilaulah dan pantulkan kebeninganmu....

read more

Kamis, 03 November 2011

Potret Kemiskinan - Sebuah Jepretan Nurani

Kamis, 03 November 2011
0 komentar
Kemiskinan selalu saja membuat orang yang melihat atau mengalaminya merasa pilu sembilu. Begitu juga saat aku megambil potret kemiskinan ini dengan jepretan nurani. Suatu kisah sedih dari kisah abadi yang berjudul : KEMISKINAN.

Dalam berbagai media dikabarkan , Ilham seorang balita berumur 6 tahun  menderita luka bakar di sekujur tubuhnya setelah kebakaran melanda rumahnya di Desa Sukosari, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Ilham tak sempat menyelamatkan diri karena kakinya terikat rantai.  Kaki kiri llham kaku karena hangus terbakar, sementara tubuh bagian punggung hingga kaki kanan melepuh. Lebih tragis lagi  tim medis kesulitan melakukan perawatan, karena kunci hilang sehingga rantai tidak dapat lepas. Dikabarkan kebakaran terjadi karena korban membakar obat nyamuk di dalam kamar rumahnya.
Berita terakhir mengatakan bahwa Ilham akhirnya meninggal dunia.

Ilham : sebuah potret kemiskinan yang membuat nuraniku menggugat. Bagaimana tidak! Ditengah riuhnya pemberitaan yang membuka borok keserakahan para elit petinggi negri ini, (yang merampok uang rakyat) Ilham seorang bocah dari keluarga miskin, akhirnya harus tewas mengenaskan akibat tidak dapat menyelamatkan diri dari kebakaran di rumahnya.

Ibu Ilham bekerja sebagai TKW di luar negeri, ayahnya seorang tukang becak. Kedua kakaknya masih bersekolah. Kebetulan Ilham adalah anak yang hiperaktif. Keluarganya kewalahan mengurus Ilham, hingga akhirnya sang ayah memutuskan untuk merantai Ilham saat mencari nafkah. Beberapa kali Ilham hampir celaka, dari nyaris tertabrak mobil sampai kereta, sampai akhirnya Ilham harus celaka di rumahnya sendiri.

Ironis! Demikian aku cuma bisa bergumam. Saat para maling uang rakyat bebas berkelana, Ilham harus terpenjara kebebasannya, bahkan kebebasan untuk menyelamatkan diri pun tidak bisa ia dapatkan.

Ah Ilham…. Betapa malangnya dirimu, nak. Betapa kemiskinan begitu kejam membelenggumu. Sepeninggalmu pun, masih saja kemiskinan membelenggu keluargamu. Dari keluarga yang kehilangan tempat tinggal, ayah yang terancam hukuman dan menyandang gelar terpidana…………

Dimanakah Engkau Tuhan ????

Jika Engkau mampir di sini, di rumah Ilham….
Janganlah pergi dulu, Tuhan….
 Berikan hati dan ulurkan tanganMu

Jangan beranjak dulu dari rumah Ilham Tuhanku…..
Tengoklah anak-anakMu yang menangis pilu……..
Kehilangan tempat berteduh,
Juga ancaman kehilangan kasih sayang seorang ayah sang pelindung
Terjerat jeruji penjara akibat terbelenggu rantai kemiskinan dan ketidakberdayaan

Tuhanku…..
Utuslah malaikatMu menyambut Ilham,
Agar ia boleh menikmati kemewahan surgaMu
Setelah kemiskinan menjadi nafas hingga akhir hayatnya

Semarang 3 November 2011






read more

Selasa, 01 November 2011

Sapaan Imam Sapaan Allah

Selasa, 01 November 2011
0 komentar
Suatu hari putriku memintaku membelikan keperluan sekolahnya. Saat itu aku sangat sibuk. Tapi dengan bersusah payah aku meluangkan waktu untuk membelikannya. Namun, ia lupa mengucapkan terimakasih. Aku merasa sedih, kenapa ya putriku tidak berterimakasih, padahal untuk mencari keperluan sekolahnya aku harus berpanas-panas ria, meluangkan waktu dan tenagaku.

Cerita yang kedua adalah, saat anakku memenangkan suatu perlombaan. Ketika aku mengucapkan selamat padanya, terlihat ia begitu bahagia.Sementara gurunya mungkin menganggap itu hal yang biasa, terdengar dia menggerutu, “uh sudah capek-capek kerja keras buat nama baik sekolah tapi gak ada penghargaan, ucapan terimakasih saja, tidak.”

Ya! Betapa ucapan terimakasih dan penghargaan sangat berarti buat seseorang yang telah bekerja keras untuk suatu hal. Kejadian tersebut diatas adalah suatu perbandingan akan hal yang menjadi ganjalan hatiku akhir-akhir ini.

Di paroki tempat aku tinggal baru saja terjadi mutasi pastor besar-besaran. Tentu hal ini berimbas pada kebijakan-kebijakannya. Kalau dulu sebelum mutasi seringkali terdengar ungkapan sederhana yang menyejukkan dan membuat hati ini bangga yang akhirnya membuat kami (para petugas liturgi) berusaha lebih dan lebih baik lagi. Tapi sekarang cukuplah kami mengikuti misa, mendengar sabda Tuhan dan mendapat berkat saja.

Hal ini pernah saya ungkapkan di suatu Grup Katolik di Facebook. Dan ternyata cukup mendapat banyak  tanggapan yang beragam. Dan itu semua memperkaya iman dan peziarahan saya sebagai pengembara yang mencari Sang Pencipta.

Saat itu kira-kira saya menulis yang intinya demikian :
“Mengapa imam pelit ucapan terimakasih dan penghargaan pada para petugas misa?”

Beberapa komentar menarik yang sempat saya ingat adalah :
1. Umat terlalu manja, mintanya selalu diperhatikan
2. Gereja bukanlah tempat pertunjukan
3. Misa adalah saat hening, bertemu dan bercakap-cakap dengan Allah secara pribadi
4. Imam mempunyai gaya kepemimpinan sendiri – sendiri
5. dll

Sungguh saya sangat menyadari bahwa tujuan datang misa adalah memberikan diri dan waktu pribadi kita pada Allah. Saya pun menyadari bahwa perayaan Ekaristi adalah mengenang Misteri Paska Kristus, yang olehnya Kristus menggenapi karya keselamatan bagi kita manusia (lihat KGK 1067). Sehingga fokus utama dari perayaan Ekaristi sebenarnya adalah Allah Tritunggal Maha Kudus.

Pernah Romo Frans Magnis Suseno menulis secara tajam di sebuah Majalah Katolik: seandainya dia yang memimpin misa, dan umat bertepuk tangan memberikan aplaus maka beliau akan menghentikan dan meminta umat melakukan Doa Tobat bersama.

Bagi saya pribadi ucapan terimakasih imam atas jerih payah umat bukanlah hal yang tabu. Seperti halnya seorang Ayah yang memberikan penghargaan pada anaknya yang telah berusaha sebaik-baiknya, saya kira demikian pun Allah lewat para Imamnya. Hal ini juga sudah saya check di situs Gereja Katolik. Tepuk tangan diperbolehkan saat misa berakhir. Dalam pemahaman saya, ketika imam memberikan penghargaan serasa Allah pun menyapa saya, mengucapkan terimakasih pada saya. Oh Betapa indahnya.

Gereja Katolik, seringkali, menurut saya mengabaikan hal-hal yang manusiawi. Memang iman adalah hal pribadi hubungan manusia dengan Tuhan. Tapi bolehkan kami sebagai umat, merindukan pujian dan ucapan terimakasih Allah melalui imamnya. Saya kira ini permintaan sangat sederhana tapi mempunyai arti yang luar biasa.

Semarang 29 Oktober 2011

read more