Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Rabu, 11 September 2013

Anak

Rabu, 11 September 2013

Penjelasan anda tentang kata “anak” mungkin akan mempengaruhi bagaimana anda memperlakukan serta mendidik anak anda.  Inilah pertanyaan yang dilontarkan seorang imam kami, saat rekoleksi orang tua penerima Komuni Pertama, hari Minggu lalu.  Sebuah pertanyaan sederhana yang membuatku pusing bergelut dengan berbagai pertanyaanku sendiri.
Pastilah banyak jawaban, dan antara lain ada yang menjawab anugerah/hadiah, kemudian yang lain mengatakan duplikat orang tua. Ada pula yang mengatakan buah cinta. Dan ada juga yang mengatakan buah karya suami istri bekerja sama dengan Tuhan.
Coba kita bahas satu persatu ya…..(Penting nggak sih ? hahahha)
Jika anda mengatakan anak adalah anugerah/hadiah, lalu bagaimana suami istri yang tidak punya anak? Apakah mereka tidak mendapat anugerah/hadiah? Bagaimana pula dengan pasangan yang menunda untuk punya momongan, apakah mereka tidak mau diberi anugerah/hadiah? Berhargakah hadiah yang diberikan Tuhan itu bagi anda? Jika berharga, mengapa anda mempercayakan pengasuhannya pada orang lain (pembantu, orang tua, tempat penitipan dlsb) bukan merawatnya sendiri ? Bandingkan saja kalau anda punya barang berharga, pasti anda akan menyimpannya rapi dan merawat sendiri, karena takut barang itu rusak. Iya gak sih?
CartoonKids1
Selanjutnya, kalau pilihan jawaban anda, “anak” adalah duplikat orang tua, mengapa dalam satu keluarga, anak yang satu dan anak yang lain mempunyai karakter yang berbeda-beda, pun itu dengan master nya, yaitu anda sendiri? Kalau memang duplikat, mengapa ada yang wajahnya tidak mirip dengan orangtuanya atau saudaranya? Jika anda merasa anak adalah duplikat anda, apakah anda akan mengasuhnya agar paling tidak menjadi duplikat anda atau anda akan mengikuti arus saja yang penting hidup?
Nah, bagaimana dengan anda yang memilih jawaban, “anak” adalah buah cinta? Pertanyaan yang mirip dengan jawaban sebelumnya juga akan dilontarkan. Jadi, menurut anda, apakah mereka yang tidak punya anak, cintanya tidak berbuah? Bagaimana pula dengan mereka yang mengadopsi anak? Dan bagaimana juga dengan mereka yang mengaborsi jabang bayinya? Mengapa para orang tua memilih lebih banyak diluar rumah untuk bekerja dan mencukupi anaknya lebih banyak dengan materi daripada perhatian ? Bernarkah itu buah-buah cinta?
Bagaimana pula dengan pendapat bahwa anak adalah buah karya suami istri, bekerja sama dengan Tuhan? Ahaaaaa….! Kalau Itsmi, (Sang Atheis yang sangat religius) masih sering nongol, pasti kalimat ini akan segera disanggahnya.. Hahahahha…..
Dan satu pertanyaan yang menggelitik untuk saya sendiri terutama, ketika merasa bahwa anak saya (4 anak) sudah cukup (karena menurut pemerintah : 2 cukup), apakah saya tidak lagi mau menerima hadiah dan buah cinta. Atau saya enggan lagi menggandakan duplikat saya, atau saya sudah tidak mau berkarya dan bekerjasama lagi dengan Tuhan??
Serumit itukah pertanyaannya??? Entahlah …(Kalau yang nggak mau pusing ya gak usah dijawab… hahhahaha, daripada ikutan pusing kayak saya)
Lalu, apakah “anak” menurut anda???


Semarang 23 Mei 2013
Setelah merenungi kotbah Pastor
Dalam Rekoleksi Orangtua calon penerima Komuni Pertama

0 komentar:

Posting Komentar