Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Senin, 17 September 2012

Doa

Senin, 17 September 2012
0 komentar
Aku seringkali marah dengan diriku sendiri yang kurang bahkan tidak punya waktu untuk Tuhan. Tapi toh Tuhan tetap mencintai aku. Inilah yang sering membuat aku merasa bersalah, berdosa dan lain sebagainya. Walaupun perasaan itu tidak juga membuat aku berubah untuk lebih banyak mempunyai waktu untuk Tuhan. Sampai suatu saat aku membaca buku SAAT TEDUH, yang memberiku pencerahan baru arti doa yang pas untukku. Tentu ini adalah pengalaman pribadiku. Dan aku pun yakin, bahwa pengertian doa bagi anda tidaklah sama dengan pengertianku. Ini tentu menyangkut banyak hal dan latar belakang dari kita masing-masing.

Saat Sekolah Dasar aku menimba ilmu di sekolah yang berbasiskan agama (Katolik). Aku ingat betul, guru agama mengajarkan definisi doa adalah bercakap-cakap dengan Tuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, doa adalah permohonan, harapan, permintaan kepada Tuhan. Dan aku lebih suka dengan definisi doa yang diajarkan guruku. Karena di saat bercakap-cakap dengan Tuhan aku bisa memohon, meminta, merajuk bahkan mungkin marah dengan Tuhan.

Sebagai seorang Katolik, aku kerap kagum dengan teman-teman Muslim yang begitu disiplin dalam waktu berdoa. Demikian juga dengan teman-teman Kristen, yang begitu tekun dalam doa, dan betah sekali berdoa dalam hitungan jam. Aku yakin hidup kita dimulai dari kebiasaan. Dan sungguh, bagian terberat itu adalah membiasakan diri untuk hal yang baik. Dalam hal doa, aku kurang mempunyai kebiasaan yang baik. Mungkin karena aku menyepelekan, bahwa Tuhan adalah Bapaku yang baik, yang sangat mengerti anaknya yang malas ini. Dan bagiku, setiap saat aku bisa saja berbincang-bincang Tuhan.

Namun, kemalasanku itu juga sering menjadi pertentangan batin. Aku sering berpikir, betapa aku keterlaluan pada Tuhan yang sudah begitu baik memelihara aku. Aku kurang mempunyai waktu khusus bagiNya. Perasaan bersalah ini menjadi sedikit terobati ketika pencerahan itu terjadi. Tepatnya setelah membaca SAAT TEDUH yang berjudul PERCAKAPAN TIADA HENTI (SAAT TEDUH edisi September – Oktober 2012). Penulis renungan itu mengambil ayat 1 Tes 5:17 yang bunyinya “Tetaplah berdoa.”

Penulisnya mengatakan demikian : “Jika aku bahkan tidak ingat berdoa sebelum makan, bagaimana aku dapat berdoa tiap saat?” Lalu ia mengilustrasikan saat memetik buah, dia menyadari tengah berbicara dengan Tuhan. Memang bukan suatu doa yang formal, melainkan lebih seperti berbincang dengan teman tentang betapa ia bersyukur atas buah yang tumbuh di ladangnya. Ia pun kemudian menyadari hal yang sama saat mencuci piring, atau saat menyetir. Suatu percakapan sederhana tentang apa saja yang ada dalam pikiran. Dan akhirnya sang penulis menyadari bahwa percakapan dengan Tuhan, dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja. Tuhan datang saat perasaan kita tersentuh. Kadang, ia mendengar Tuhan berbicara melalui ucapan seorang teman. Juga dari sapaan-sapaan yang menyentuh. Ya, bukankah sesama kita adalah representasi Tuhan yang hidup dan nyata ????

Pencerahan ini sungguh melegakan diriku yang sering malas berdoa. Ternyata, saat aku bersyukur, saat aku memikirkan, saat aku berbuat kebaikan pada sesama, saat aku sedang susah dan saat aku tersentuh hal yang menyedihkan ternyata adalah saat aku berbincang-bincang dengan Tuhan. Aku cukup memperbaiki sikapku, agar lebih terbuka dan mengucapkan hal-hal yang baik saja. Agar sungguh apa yang keluar dari pikiran, mulut dan hatiku adalah pujian bagiNya. Mengutip kata penulis renungan tersebut : “Aku masih bergumul, tetapi belajar “berdoa tiada henti” meneguhkanku untuk terus membangun hubungan yang intim dengan Tuhan.” Bagaimana dengan anda??????

Semarang, 13 September 2012
Saat hidup kadang terasa berat

read more