Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Selasa, 15 Mei 2012

Belajar dan Belajar

Selasa, 15 Mei 2012

3 tahun sudah anakku bersekolah di sekolah berasrama. Letaknya di kota Muntilan, dan nama sekolahnya adalah SMA Pangudi Luhur Van Lith.

Dalam proses belajarnya sekolah mempunyai beberapa program besar “Belajar di luar kelas” : 1.Live In atau bisa juga disebut home stay. Program ini dilaksanakan saat siswa kelas X. Dalam program ini anak-anak belajar hidup, mengalami situasi yang dalam hal ini adalah situasi kemiskinan desa. Kemiskinan di desa tentu tidak sama dengan kemiskinan di kota . Kemiskinan di desa (yang saya maksud disini adalah desa dekat-dekat Muntilan dan Magelang) biasanya, walau mereka miskin tetapi untuk makan tiga kali mereka masih mampu, tinggal mengambil apa yang ada di sekitar rumah. Tahu sendirilah Indonesia kan kaya raya.

2. Retret Kesadaran dan Keterlibatan Sosial. Program sekolah ini dilaksanakan biasanya saat mereka kelas XI, saat kakak-kakak kelasnya sedang menghadapi Ujian Nasional/Sekolah. Untuk Program ini, sekolah menggandeng Orang tua murid yang disebut FKMPP dan alumnusnya yang tergabung dalam PAVALI, di Kota Besar sekitar Muntilan : Yogyakarta, Solo, Semarang , Magelang, dan Temanggung.

Kebetulan (dulu) aku sebagai koordinator untuk kota Semarang , ikut ambil bagian dalam program ini. Dalam program ini siswa diajak untuk berbela rasa pada kaum miskin, lemah, tersingkir serta difabel atau cacat. Biasanya sekolah membuat evaluasi terhadap sikap, sifat dan perilaku anak selama di asrama. Kemudian, mereka akan diolah dalam beberapa kriteria. Misalnya saja Pengolahan hati, artinya, anak dinilai kurang memiliki kepekaan, sehingga mereka perlu diolah hatinya. Untuk pengolahan hati biasanya mereka kami titipkan di Panti-Panti Asuhan atau rehabilitasi. Pengolahan yang kedua, adalah Fisik. Dalam pengolahan ini biasanya siswa dinilai kurang giat, sehingga perlu untuk diolah fisiknya, belajar pada kaum miskin, sulit serta kerasnya hidup sehingga mereka tak mudah berpangku tangan.

Pengolahan yang ketiga, adalah Ekonomi. Dalam pengolahan ini biasanya siswa dinilai kurang mampu mengelola uang. Mereka akan dititipkan pada orang-orang miskin, agar mampu, mengalami, melihat dan akhirnya berefleksi betapa berharganya uang sehingga mereka tidak mudah menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang kurang berguna. Rambu-rambu yang diberikan sekolah kepada kami untuk membantu mencarikan tempat-tempat itu adalah bahwa keluarga yang akan diikuti adalah keluarga miskin, rumahnya diharapkan tidak mempunyai elektronik yang mewah dan lantainya tidak keramik. Rumahnya tipe sangat sangat sederhana. Namun dalam pencariannya, karena di Semarang kami dititipi 50 anak, dan tidak mungkin mencari sebegitu banyak tempat yang sesuai harapan sekolah, maka pasti ada saja yang sebenarnya tidak masuk criteria.

3. Orientasi Pekan Profesi Dalam Orientasi Pekan Profesi ini, biasanya siswa akan ikut orangtua yang sudah mapan, dan profesinya sesuai dengan cita-cita mereka. Dan biasanya Semarang dititipi 20 Anak untuk program yang ketiga ini.

Nah, saya akan bercerita perbedaan mencari tempat pada poin 2 dan 3 tapi di artikel berikutnya ya…….
.

0 komentar:

Posting Komentar