Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Selasa, 15 Mei 2012

Pesta Rakyat Baltyra

Selasa, 15 Mei 2012

Atas hasutan pak Handoko, aku mau menggemblung kali ini. Sebetulnya ide pak Han sih aku disuruh ndalang tentang si kembar Sasadara. Tapi susah juga cari cerita yang kocak untuk mereka. Mungkin lain kali ya. Nah untuk yang ini ceritanya terinspirasi setelah aku nonton sebuah acara tentang Tujuh ter…..Ceritanya tentang kesenian tradisional “Sintren” Nah, baiklah kumulai saja ya.
 ===============================================================

Di suatu pesta rakyat Baltyra, aneka pertunjukan ditampilkan. Tak ketinggalan Mbakyu Guru Probo yang menampilkan beksan dengan judul “Kang Anoew Gandrung”. (Weitzzz la dalah angkat keteknya jangan tinggi-tinggi kang Anoew.. Tuh bulu keteknya dicukur dulu ..xixixixi)

Dari Solo pak Han mau bertayub ria bersama Elnino…. Pak Han, ih genit pegang- pegang tangan Elnino, gak boleh iseng ya, nylempiti godhong…. Ha ha ha ha……

Tapi yang paling heboh adalah kesenian Sint(r)en yang dipersembahkan oleh Ratu Van Kona dan Buto Serpong. Sajian ini mendapat aplaus yang begitu meriah. Simaklah narasi berikut ini :

Alkisah “Buto Chen” Sulandono putra Ki Baurekso “Djoko Paisan” dengan Nyi Dewi “Aichi” Rantamsari. Raden “Buto Chen” Sulandono memadu kasih dengan Sulasih “Laniwati” seorang putri dari Desa “Purworejo” Kalisalak. Namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya “Buto Chen” Sulandono pergi bertapa dan Sulasih “Laniwati” memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi “Aichi” Rantamsari yang memasukkan roh bidadari cantik macam “Roro Meitasari” ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula “Buto Chen” Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih “Laniwati” dan terjadilah pertemuan di antara mereka.

Kisah inilah yang berkembang menjadi Tarian Sint(r)en diperagakan oleh penari yang masih suci. Dan tentu saja tak perlu diragukan lagi kesucian Sulasih “Laniwati” penari kita ini. Ini Foto Yu Lani saat sedang trance.

Dalam atraksi ini, tak ketinggalan grup lawak ledek pimpinan PamPamPers, bersama Sasayu, Ayla dan Mpek Doel ikut meramaikan pementasan Sint(r)én.

Pampers : Mpek Doel aku duwe bedhekan (Aku punya tebakan)
Mpek Doel : Apa tuh Pam?
Pampers : Mengapa biasanya anak setelah sunat, anunya diperban?
Mpek Doel : Ya biar nggak infeksi lah
Pampers : Salah!
Ayla : Aku ngerti. Biar gak dikerubuti laler
Pampers : Masih salah
Sasayu : Aku ngerti Kang, biar hygienis lah. (Penonton ngakak)
Pampers : Ih kok hygienis kayak makanan aja. Salah! Yang bener kalau dibungkus daun entar dikira lemper. (Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu penonton teriak)

Begitulah dagelan – dagelan segar ala Pampers and his gank terus berlangsung, memanaskan pesta rakyat Baltyra. Tiba saatnya “Sint(r)en” dilanjut. Seorang perempuan yang tak lain adalah Yu Lani memasuki panggung, menari dengan pakaian seadanya dan tanpa riasan. Lalu nyanyi-nyanyian pun ditembangkan. Seorang pawang kemudian mengikat Sintren dengan tali di sekujur tubuhnya mulai leher hingga kaki, sehingga secara syariat, tidak mungkin Sintren dapat melepaskan ikatan tersebut dalam waktu cepat. Sambil membaca mantra khusus, Yu Lani dimasukan ke dalam sebuah carangan (kurungan) yang ditutup kain, setelah sebelumnya diberi bekal pakaian pengganti.

Gamelan terus menggema, pawang tak henti-hentinya membaca doa dengan asap kemenyan mengepul. Juru kawih terus berulang-ulang nembang :

“Tambak tambak pawon Isine dandang kukusan Ari kebul-kebul Wong nontone pada kumpul. Tembang mantra itu dilantunkan secara berulang-ulang.

Penonton mulai berkumpul berdesakan. Begitu penonton sudah banyak, juru kawih mulai melantunkan syair berikutnya,

“Kembang trate dituku disebrang kana, Yu Lani dirante Kang rante aran Aki Buto Gulung gulung kasa Ana sintren isih turu Wong nontone buru-buru Ana sintren masih baru “

Yang artinya menggambarkan kondisi sintren dalam kurungan yang masih dalam keadaan tidur. Namun begitu kurungan dibuka, Yu Lani sudah berganti dengan pakaian yang serba bagus layaknya pakaian yang biasa digunakan untuk menari topeng, ditambah lagi kaca mata hitam yang membuat Yu Lani tampil keren.

Rakyat Baltyra pun Ndomblong mbasan Yu Lani sudah tampil cantik dengan kaca mata hitam. Dalam keadaan trance Yu Lani terus menari, bahkan ia sanggup menari diatas kurungan ayam yang terbuat dari bambu. Selama menari inilah para penonton diperkenankan menari bersama Sintren dan memberinya uang saweran.

Yu Lani kemudian menari secara monoton, para penonton yang berdesak-desakan mulai melempari dengan uang logam, dan begitu uang logam mengenai tubuhnya, maka Yu Lani akan jatuh pingsan. Yu Lani sadar kembali dan menari setelah diberi jampi-jampi oleh pawang. Tarian ini berakhir ketika dalang membuat Yu Lani tak sadarkan diri, dan memasukkannya kembali ke dalam kurungan. Saat dibuka, Yu Lani sudah kembali berpakaian seperti semula dan dalam kondisi terikat di sekujur tubuhnya persis seperti pada saat awal ia dimasukkan dalam kurungan.

Demikianlah sajian Ratu Van Kona yang berkolaborasi apik dengan Buto Van Serpong. Penonton sangat puas dengan penampilan mereka. Malam semakin larut, pertunjukan demi pertunjukan terus disajikan. Tapi Tarian Sint(r)en lah yang paling mengesan di hati penonton. Sampai jumpa lagi di Pesta Rakyat berikutnya….. Ciaoooooo





Disadur Dari Wikipedia, Sintren Tari Rakyat dan berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar