Atas hasutan pak Handoko, aku mau menggemblung kali ini.
Sebetulnya ide pak Han sih aku disuruh ndalang tentang si kembar Sasadara. Tapi
susah juga cari cerita yang kocak untuk mereka. Mungkin lain kali ya. Nah untuk
yang ini ceritanya terinspirasi setelah aku nonton sebuah acara tentang Tujuh
ter…..Ceritanya tentang kesenian tradisional “Sintren” Nah, baiklah kumulai
saja ya.
===============================================================
Di suatu pesta rakyat Baltyra,
aneka pertunjukan ditampilkan. Tak ketinggalan Mbakyu Guru Probo yang
menampilkan beksan dengan judul “Kang Anoew Gandrung”. (Weitzzz la dalah angkat
keteknya jangan tinggi-tinggi kang Anoew.. Tuh bulu keteknya dicukur dulu
..xixixixi)
Dari Solo pak Han mau bertayub ria bersama
Elnino…. Pak Han, ih genit pegang- pegang tangan Elnino, gak boleh iseng ya,
nylempiti godhong…. Ha ha ha ha……
Tapi yang paling heboh adalah
kesenian Sint(r)en yang dipersembahkan oleh Ratu Van Kona dan Buto Serpong.
Sajian ini mendapat aplaus yang begitu meriah. Simaklah narasi berikut ini :
Alkisah “Buto Chen” Sulandono putra
Ki Baurekso “Djoko Paisan” dengan Nyi Dewi “Aichi” Rantamsari. Raden “Buto
Chen” Sulandono memadu kasih dengan Sulasih “Laniwati” seorang putri dari Desa
“Purworejo” Kalisalak. Namun hubungan asmara
tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya “Buto Chen” Sulandono
pergi bertapa dan Sulasih “Laniwati” memilih menjadi penari. Meskipun demikian
pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib. Pertemuan
tersebut diatur oleh Dewi “Aichi” Rantamsari yang memasukkan roh bidadari
cantik macam “Roro Meitasari” ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula “Buto Chen”
Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih
“Laniwati” dan terjadilah pertemuan di antara mereka.
Kisah inilah yang berkembang
menjadi Tarian Sint(r)en diperagakan oleh penari yang masih suci. Dan tentu
saja tak perlu diragukan lagi kesucian Sulasih “Laniwati” penari kita ini. Ini
Foto Yu Lani saat sedang trance.
Dalam atraksi ini, tak ketinggalan
grup lawak ledek pimpinan PamPamPers, bersama Sasayu, Ayla dan Mpek Doel ikut
meramaikan pementasan Sint(r)én.
Pampers : Mpek Doel aku duwe
bedhekan (Aku punya tebakan)
Mpek Doel : Apa tuh Pam?
Pampers : Mengapa biasanya anak
setelah sunat, anunya diperban?
Mpek Doel : Ya biar nggak infeksi
lah
Pampers : Salah!
Ayla : Aku ngerti. Biar gak
dikerubuti laler
Pampers : Masih salah
Sasayu : Aku ngerti Kang, biar
hygienis lah. (Penonton ngakak)
Pampers : Ih kok hygienis kayak makanan
aja. Salah! Yang bener kalau dibungkus daun entar dikira lemper.
(Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu penonton teriak)
Begitulah dagelan – dagelan segar
ala Pampers and his gank terus berlangsung, memanaskan pesta rakyat Baltyra.
Tiba saatnya “Sint(r)en” dilanjut. Seorang perempuan yang tak lain adalah Yu
Lani memasuki panggung, menari dengan pakaian seadanya dan tanpa riasan. Lalu
nyanyi-nyanyian pun ditembangkan. Seorang pawang kemudian mengikat Sintren
dengan tali di sekujur tubuhnya mulai leher hingga kaki, sehingga secara
syariat, tidak mungkin Sintren dapat melepaskan ikatan tersebut dalam waktu
cepat. Sambil membaca mantra khusus, Yu Lani dimasukan ke dalam sebuah carangan
(kurungan) yang ditutup kain, setelah sebelumnya diberi bekal pakaian
pengganti.
Gamelan terus menggema, pawang tak
henti-hentinya membaca doa dengan asap kemenyan mengepul. Juru kawih terus
berulang-ulang nembang :
“Tambak tambak pawon Isine dandang
kukusan Ari kebul-kebul Wong nontone pada kumpul. Tembang mantra itu
dilantunkan secara berulang-ulang.
Penonton mulai berkumpul
berdesakan. Begitu penonton sudah banyak, juru kawih mulai melantunkan syair
berikutnya,
“Kembang trate dituku disebrang
kana, Yu Lani dirante Kang rante aran Aki Buto Gulung gulung kasa Ana sintren
isih turu Wong nontone buru-buru Ana sintren masih baru “
Yang artinya menggambarkan kondisi
sintren dalam kurungan yang masih dalam keadaan tidur. Namun begitu kurungan
dibuka, Yu Lani sudah berganti dengan pakaian yang serba bagus layaknya pakaian
yang biasa digunakan untuk menari topeng, ditambah lagi kaca mata hitam yang
membuat Yu Lani tampil keren.
Rakyat Baltyra pun Ndomblong mbasan
Yu Lani sudah tampil cantik dengan kaca mata hitam. Dalam keadaan trance Yu
Lani terus menari, bahkan ia sanggup menari diatas kurungan ayam yang terbuat
dari bambu. Selama menari inilah para penonton diperkenankan menari bersama
Sintren dan memberinya uang saweran.
Yu Lani kemudian menari secara
monoton, para penonton yang berdesak-desakan mulai melempari dengan uang logam,
dan begitu uang logam mengenai tubuhnya, maka Yu Lani akan jatuh pingsan. Yu
Lani sadar kembali dan menari setelah diberi jampi-jampi oleh pawang. Tarian
ini berakhir ketika dalang membuat Yu Lani tak sadarkan diri, dan memasukkannya
kembali ke dalam kurungan. Saat dibuka, Yu Lani sudah kembali berpakaian
seperti semula dan dalam kondisi terikat di sekujur tubuhnya persis seperti
pada saat awal ia dimasukkan dalam kurungan.
Demikianlah sajian Ratu Van Kona
yang berkolaborasi apik dengan Buto Van Serpong. Penonton sangat puas dengan
penampilan mereka. Malam semakin larut, pertunjukan demi pertunjukan terus
disajikan. Tapi Tarian Sint(r)en lah yang paling mengesan di hati penonton.
Sampai jumpa lagi di Pesta Rakyat berikutnya….. Ciaoooooo
Disadur Dari Wikipedia, Sintren Tari Rakyat dan berbagai
sumber
0 komentar:
Posting Komentar