Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Jumat, 30 September 2011

Memilih - Renungan Sebungkus Roti

Jumat, 30 September 2011

Sering aku mendengar kata bijak : Hidup adalah pilihan. Kalimat bijak itu menjadi nafas bagi peziarahan kita. Dalam setiap langkah dan perbuatan sehari - hari, kita selalu dihadapkan pada suatu pilihan. Kadang - kadang pilihan bukan cuma menyangkut benar atau salah, tetapi juga tentang berbagai macam pertimbangan, dari keuntungan pribadi, kepraktisan, kenyamanan dan egoisme, sampai pada berbagi/kerelaan menderita untuk kepentingan yang lebih besar. (Daftar ini bisa anda tambahkan sendiri sesuai dengan pengalaman hidup masing-masing). Bukan cuma itu saja, tapi juga menyangkut pandangan hidup dan doktrin yang masuk dalam jiwa. Doktrin dan pandangan hidup ini bisa menjadi racun, garam, pemanis ataupun penyedap rasa dalam hidup kita masing-masing



Renungan ini muncul, minggu kemarin, saat usai acara misa mendoakan kedua orang tuaku di rumahku. Saat beberes, aku melihat sebuah bungkusan hitam. Curiga isinya, kubuka saja bungkusan itu. Ternyata ada sebungkus roti panggang. Melihat roti panggang yang menggiurkan, terjadi perang batin di hatiku. Di satu sisi, sejak kecil aku diajar oleh kedua orang tuaku, juga dari etika yang kupelajari, mengambil barang yang bukan miliknya adalah tindakan yang tidak terpuji. Tapi roti panggang itu sungguh menggodaku, lagipula, pikirku, tak mungkinlah orang yang meninggalkan roti itu, kembali hanya untuk mengambilnya. Pasti dia malu.



Peperangan dua kubu terus berkecamuk di benakku. Alam bawah sadarku yang telah dipenuhi doktrin dan ajaran- ajaran kebaikan bertabrakan dengan akal sehatku. Kupikir kalau kubiarkan roti panggang itu diambil oleh pemiliknya, pasti nasibnya akan sia - sia dan tak berguna karena aku yakin si pemilik tak mungkin kembali. Tetapi kalau roti itu kumakan, dia sangat berguna bagiku dan pasti membuatku kenyang.



Ya moralitas dan etika, bertabrakan dengan kepentingan he he he....Ternyata berat juga menentukan suatu pilihan. Pikiran ini membawaku pada peristiwa berbagai pengeboman akhir - akhir ini. (Ha ha ha.. dari roti panggang sampai ke bom, sungguh pikiran yang sangat liar, tapi memang itulah yang ada di benakku). Di berbagai tayangan televisi juga berita-berita di koran, dilukiskan betapa para pelaku pengeboman itu dilanda kegelisahan yang sangat, saat menentukan akhir pilihan hidupnya. Terlihat mondar - mandir, gelisah dan masih banyak ciri orang yang kebingungan menentukan pilihan.



Salahkah mereka, karena akhirnya memilih melakukan apa yang mereka yakini benar? Entahlah aku tak berani menghakimi, karena urusan salah benar, dosa dan suci, adalah otoritas Sang Hakim yang adil. Tapi sebagai orang beriman dari agama apapun, membuat orang lain menderita bukan hal yang bijak, itu pasti.



Lalu aku sampai pada kesimpulan yang mungkin salah menurut anda, tak apa karena saya juga masih belajar merefleksikan suatu peristiwa.



Pertama, seringkali kita menghakimi seseorang karena pilihan hidupnya. Padahal dibalik sebuah pilihan ada berbagai faktor yang ternyata cukup rumit untuk dimengerti. Dan kemungkinan jika kita berada dalam situasi, kondisi dan posisi yang sama kita juga akan melakukan hal yang sama. Who knows?????



Kedua, Berdasarkan pengalaman sebungkus roti panggangku, ternyata untuk memilih, kita harus punya suatu wawasan, kecerdikan, hati yang tulus dan pikiran yang jernih ( yang mau nambah daftar nya lagi boleh juga). Ha ha ha ha... benar kan. Kalau tidak pasti roti panggangku sudah membusuk tersimpan tanpa tersentuh. Padahal saat kumakan..... wow rasanya sungguh leker dan yang pasti membuat perutku kenyang.



Pengeboman dan sebungkus roti panggang adalah dua hal yang berbeda tentu. Pengeboman jelas merugikan orang lain, membuat orang lain menderita dan masih banyak lagi daftar dosa para pengebom itu. Sedangkan roti panggang yang akhirnya kumakan itu hanya membuat pemiliknya kecewa karena sudah pasti masuk ke perutku.... he he he.



Tapi aku cuma mau berkata pada diriku sendiri supaya tidak mudah menghakimi orang lain, walau juga tidak membenarkan tindakan yang dipilih sang bomber.



Ideologi dan doktrin yang ditanamkan kepada kita seringkali menyesatkan. Tapi, Tuhan sudah menitipkan alarm kebaikanNya di hati kita masing - masing.



Untuk itu selamat memilih........









Terimakasih sudah membaca renungan dan tulisanku yang norak ini..... salam cerdas dan tulus!

Terimakasih juga buat sebungkus roti panggang yang membawaku supaya tidak mudah menghakimi orang lain

0 komentar:

Posting Komentar