Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Halaman

Sabtu, 17 September 2011

Kenikmatan dalam sepiring nasi, sesendok sambal dan segenggam kerupuk

Sabtu, 17 September 2011
Pagi ini seperti biasa setelah anak - anak berangkat sekolah dan suami berangkat kerja kulewatkan pagi dengan membaca koran, membuka facebook membaca, dari kisah dan renungan inspiratif sampai celoteh dan canda riang bersama teman-teman. Atau sekedar berselancar informasi dan bertamasya imajinatif. Tak ada satu pekerjaan rumah tangga yang kukerjakan, karena itu telah menjadi daerah kekuasaan bibi yang sudah mengabdi padaku 20 tahun. Jika aku berusaha mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tak urung dia selalu mengulanginya. Misal ku sapu kamarku, maka beberapa jam kemudian akan disapunya kembali kamar itu.

Kunikmati saja kemalasanku. Mungkin ini waktuku beristirahat dan bersantai setelah dulu semasa anak - anak masih kecil, aku banting tulang, kerja lembur bahkan pernah hingga jam 12 malam baru pulang dan setir sendiri dalam kegelapan malam.

Hufttt ... Malas juga keluar rumah, sekedar berkunjung ke rumah teman atau mejeng di mall. Aku tak suka melakukan kegiatan-kegiatan itu.

Sambil menunggu waktu siang, sebelum berangkat ke tempat kerjaku, aku hanya menulis, membaca atau sekedar merawat tubuh. Ha ha ha ku pikir nikmat sekali hidupku saat ini.

Sampai tiba alarm di perutku berbunyi. Kubuka tudung saji di meja makan. Tak ada apa - apa. Hanya ada nasi di magic jar dan kerupuk di stoples. Lalu kubuka lemari es. Ada banyak lauk disana. Tapi aku malas mengolahnya, karena aku tak pandai memasak (kalo ini sih alasan saja memelihara kemalasan he he)

Mungkin bibi tahu gelagatku yang lapar. Lalu dia membuat sambal. Kemudian bertanya apakah aku mau di gorengkan telur. Kujawab tak perlu.

Mungkin banyak orang yang merasa nelangsa karena makan tanpa sayur dan lauk. Tapi kali ini aku mau merasakan seperti apakah mereka yang miskin itu makan seadanya.

Kuambil nasi yang panas tersimpan di magic jar, asap dan aromanya yang khas menggoda hidungku, lalu ku sendok sambal secukupnya, juga kuambil kerupuk segenggam yang pasti akan menambah nikmat sarapan siangku. Kunaikkan syukur atas berkat pagi ini sebelum akhirnya kunikmati sarapan siangku.

Suap demi suap nasi kunikmati sambil sesekali mencolek krupuk dengan sambal. Whuah nikmat betul....

Sesekali pikiranku menerawang pada mereka yang sulit makan karena miskin, juga mereka yang makan seadanya seperti aku kali ini. Dan aku mengerti kini. ternyata kenikmatan itu ada di hati. Bukan pada sajian yang menggoda mata dan selera.

Terimakasih buat mereka orang papa yang telah mengajarku bersyukur hari ini.

Jadi makin menghayati bunyi sebuah doa :
....Berilah kami rejeki hari ini ...
Maturnuwun Gusti ...

15.09.11

0 komentar:

Posting Komentar