Beberapa hari yang lalu, saya baru saja diskusi dengan Pak Hadi Santono, Ketua Yayasan Anak-Anak Terang yang bersama keluarganya berada di New Zealand untuk studi lanjutan.
Seru sekali diskusi saat itu, karena Pak Hadi Santono bercerita bagaimana beliau di sana hidup hemat.
Dengan 1NZD = Rp. 9500, bensin 1 ltr = 3NZD, sekali makan di warung yang paling murah rata-rata 10-15NZD, terbayang bagaimana orang harus disiplin mengelola keuangannya.
Pak Hadi juga bercerita, naik bus di sana, mulai dari 5NZD untuk jarak terdekat. Kemudian harga sayur setara dengan harga daging. Kobis 1 biji = 8NZD. Belum lagi listrik dan air yang juga mahal. Maka di dukung oleh cuaca, kita tahu para bule itu jarang mandi. 1 Baju mungkin bisa dipakai beberapa kali sebelum dicuci. Tentu hal ini tidak bisa dilakukan di Indonesia, karena cuaca yang panas tidak memungkinkan kita untuk tidak mandi 1 hari saja. Tetapi hal yang bisa dipelajari adalah menghargai segala sumber daya itulah yang terpenting. Bukan PUNG NAK PUNG NO, mumpung enak mumpung ana.
Masih cerita pak Hadi, beras di NZ 1 kg = Rp. 50.000. Dan menurut beliau, orang makan di resto cukup 1-2 lauk saja. Hahahaha kebayang dan geregetan kalau ingat mbak dirumah semua yang ada dimasak. Padahal saya jarang makan nasi dan di rumah cuma berdua. Saya cuma makan sayur secukupnya dan cukup 1 lauk. Hadheehhhhh…..
Ada lagi yang menarik, 1 pcs buku disana seharga 10-12 NZD, 1 pensil = 3 NZD. Jadi tidak ada yang menghambur-hamburkan buku, kertas dan alat tulis. Bahkan surat-menyurat menggunakan surat elektronik.
Nah sementara di Indonesia, setiap tahun ajaran baru buku harus ganti. Padahal saya mengajari anak-anak saya untuk selalu menggunakan buku yang masih bisa dipakai. Tetapi, ketika tahun ajaran baru, sekolah sudah menyiapkan setumpuk buku tulis wajib beli. Pernah suatu ketika saya protes pada gurunya, dan dijawab, ini juga untuk kesejahteraan guru, bu. Duh.... lha kesejahteraan saya bagaimana ? Hahahahha......Tapi tetap saja saya selalu mengajarkan anak-anak untuk menggunakan buku-buku bekas. Saya memang paling tidak bisa melihat sesuatu yang masih bisa digunakan dibuang tak terpakai begitu saja.
Ada cerita lagi tentang baju. Baju seragam murid-murid yang sudah lulus di New Zealand, oleh sekolah, dikumpulkan dan dilelang untuk adik kelasnya yang membutuhkan. Karena harga 1 seragam baru lengkap : baju, celana/rok, jas, sepatu dan kaos kaki adalah 600NZD, sedangkan yang bekas, 100NZD.
Dan masih banyak lagi cerita seru dari pak Hadi, mulai dari odol, sikat gigi dan segala barang remeh temeh yang disana harganya menjadi selangit.
Maka sempat terlontar pernyataan beliau,
“Indonesia itu bukan negara kaya, tetapi gaya hidup rakyatnya serba boros”
Mentalitas rakyatnya parah. Penghargaan terhadap fasilitas umum rendah. Dengan dalih iseng, malas dan miskin, fasilitas umum dirusak, tidak dirawat bahkan dicuri.
Saya juga cukup heran dengan gaya hidup di lingkungan kerja saya. Dengan gaji setara UMR, tetapi sepeda motor dan HP para pekerja itu dari merk yang wah.
Biar miskin asal sombong, biar tekor asal kesohor. Inilah yang sudah menjadi budaya rakyat kita.
Maka, saya cukup bangga dengan anak-anak saya. Mereka sudah sudah terbiasa untuk hidup sederhana. Dari hal makan, anak-anak saya tidak yang wah-wah an. Bahkan seringkali kami ini kalau makan, 2 lauk bisa untuk bertiga.
Dari pakaian, saya membiasakan anak-anak memakai pakaian lungsuran. Kebetulan keluarga besar saya keluarga yang berada. Sehingga bajunya pun masih bagus-bagus. Maka saya minta baju-baju itu dan saya pilih yang masih bisa dipakai. Selebihnya, jika masih harus membeli, barulah kami beli.
Saya memang paling tidak suka menghambur-hamburkan segala sesuatu yang masih bisa digunakan. Jadi, saya juga sering heran, ketika ada yang merasa terhina ketika diberi barang bekas. Lha karena saya selalu senang. Hahahahahaha....... Selalu ada yang membutuhkan barang itu, jika saya tidak memerlukannya. Jadi kenapa harus tersinggung.
Untuk masalah transportasi, saya baru memberi contoh kepada anak-anak saya, untuk menghemat BBM. Jika bisa menumpang ya numpang saja. Kalau perlu jalan kaki jika dekat.. Karena masalah transportasi ini cukup rumit. Hahahahaha…. Ngeles kali ya ?
Nahhhh, pagi ini saya senang sekali membaca ajakan pemerintah yang akan menjadi sebuah Gerakan.
Gerakan itu bernama : Gerakan Hidup Sederhana yang dituangkan dalam suatu surat edaran Menteri PAN No. 13 tertanggal 27 November 2014.
Pemerintah sudah memulai, mari kita semua menindaklanjuti.
Sederhana tidak sama dengan pelit atau kikir. Tapi sederhana adalah memaksimalkan yang ada, dan membatasi yang tidak perlu.
Mari kita mulai dari diri kita sendiri. Menghargai segala sumber daya yang ada, tidak memboroskannya untuk kesenangan pribadi.
Salam sederhana !
Semarang 28 November 2014
Jumat, 03 Juli 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar